Satu bulan kemudian, Taras Dyatlik berkumpul di Moldova dengan sahabat serta mitra buat putaran 10 hari pertemuan seminari duniawi yang lain. Berprofesi selaku direktur regional buat Eropa Timur serta Asia Tengah buat Dewan Luar Negara, ia merupakan seseorang lynchpin buat strategi serta pendanaan buat jaringan institusi teologi di Ukraina serta Rusia.
Berada di dasar tembakan militer Rusia
3 hari setelah itu, ia mati- matian berebut kembali ke Kyiv. Keluarga Dyatlik—seperti sebagian besar Ukraina—berada di dasar tembakan militer Rusia. Serta salah satunya perihal yang lebih keras daripada sirene serbuan hawa yang hendak lekas menyelimuti malam- malamnya yang tidak dapat tidur merupakan keheningan rekan- rekan Rusia- nya.
“ Ini bukan konflik, ini bukan suasana, bukan ketegangan di Ukraina; ini merupakan invasi, ini merupakan agresi; ini bukan pembedahan spesial,” katanya, memakai sebutan yang digunakan oleh sebagian besar orang Rusia—dan sangat banyak pendukung yang berjaga- jaga di Barat.
Ia menekankan kalau Alkitab menampilkan berartinya ketepatan dalam bahasa.
“ Bukan cuma Habel mati ataupun Yesus baru saja dikhianati; Yehuda mengkhianati Yesus, Kain menewaskan Habel,” katanya.“ Bukan cuma itu seseorang laki- laki berdosa; Adam serta Hawa berdosa. Kebenaran alkitabiah mempunyai nama, mempunyai rantai kausalitas.”
Statment Dyatlik itu mencerminkan statment lain yang disuarakan di meja bulat online yang diselenggarakan Kamis oleh Institut Teologi Eropa Timur( EEIT) yang berbasis di Ukraina. Dekat 500 pendukung, mitra, serta simpatisan universal yang mendaftar buat Perang Rusia- Ukraina: Suara Injili, sangat mau mendengar dari rekan- rekan seiman di garis depan.
Para partisipan, dari paling tidak 25 negeri serta 20 negeri bagian AS, menerima refleksi teologis—dan emosi yang mentah.
“ Susah untuk kami orang Ukraina buat senantiasa tenang kala kami berdialog tentang apa yang terjalin di Ukraina,” kata Roman Soloviy, direktur EEIT, yang berprofesi selaku moderator.“ Sebagian besar dari kita laki- laki tidak sempat menangis sebanyak sepanjang 3 pekan terakhir. Kami sangat memerlukan dorongan Kamu, doa Kamu, serta suara Kamu di dunia.”
Oleksandr Geychenko, rektor Seminari Teologi Odessa( OTS), mengatakan keterkejutannya.
“ Kami wafat dengan perempuan berbadan dua serta anaknya kala rumah sakit bersalin dibom. Kami melarikan diri dengan mereka yang lari dari penembakan Rusia,” katanya.“ Yang biasa kami jalani sudah musnah—sekarang cuma hutan belantara.”
OTS merupakan seminari injili tertua di Ukraina
OTS merupakan seminari injili tertua di Ukraina, menelusuri sejarahnya pada upaya lokal 1989 buat melatih para pengkhotbah serta guru sekolah Pekan. Kampus dievakuasi pada dini perang kala militer Ukraina mengambil alih pertahanan buat mempertahankan pelabuhan Laut Gelap.
Namun yang sangat membingungkan serta membuat Geychenko putus asa merupakan posisi banyak evangelis Rusia. Seminggu saat sebelum invasi, kala ketegangan bertambah dengan Moskow, dia berpartisipasi dalam inisiatif buat menyusun statment bersama oleh para pendidik teologi di Eropa Timur serta Asia Tengah yang hendak mengutuk ancaman serta persiapan perang.
Para partisipan Rusia menolak, katanya. Mereka menginginkan panggilan universal buat berdoa buat perdamaian.
“ Seminggu setelah itu, kota- kota kami terserang rudal serta rekan- rekan ini mulai mengganti perspektif mereka,” kata Geychenko.“ Sayangnya, bundaran yang lebih luas dari menteri Rusia, selebritas evangelis, serta rata- rata orang Kristen belum melaksanakan ini.”
“ Sebagian besar pakar salah kala mereka berkata kalau perang ini merupakan perang Putin,” katanya.“ Tidak, perang ini didukung oleh sebagian besar rakyat Rusia.”
Tantangan besar, kata Valentin Siniy, rektor Tavriski Christian Institute( TCI), merupakan mencerna rasa sakit hati serta pengkhianatan.
Terletak di Kherson, kota besar awal yang jatuh di dasar kendali Rusia, seminarinya saat ini dihuni oleh tentara Rusia. Gereja Ortodoks Ukraina menyebut aksi yang kesekian kali ini selaku" penghujatan".
Siniy mengutip contoh alkitabiah tentang Yesus mensterilkan kuil penukar duit dengan cambuk.“ Bila kita hendak menyembunyikan ketakutan kita, kemarahan kita di balik topeng, hingga kita hendak berperan semacam orang Farisi,” katanya.“… Kami orang Ukraina wajib menerima kemarahan kami serta menyerahkannya kepada Tuhan.”
Ia merenungkan sejarah masa mudanya yang dipengaruhi Mennonite. Tetapi hari ini Siniy berdoa kutukan Deborah di Hakim 5 atas mereka yang tidak tiba buat menolong. Berupaya buat mengarahkannya melawan perang itu sendiri, dia pula berdoa secara positif supaya kerajaan Tuhan hendak lebih jelas memanifestasikan dirinya di dunia.
Ivan Rusyn lebih khusus.
“ Seorang sudah berkata kalau ungkapan Berapa lama lagi, Tuhan? sama spiritualnya dengan kata hallelujah,” katanya.“ Aku mau melangkah lebih jauh serta berkata kalau aku sudah hingga pada kesimpulan kalau perkata Tuhan, patahkan tulang musuh aku sama spiritualnya dengan berkat Harun.”
Selaku rektor Seminari Teologi Injili Ukraina( UETS) di Kyiv, Rusyn merupakan salah satu dari segelintir staf yang senantiasa tinggal buat menolong komunitas mereka. Kampus awal mulanya berperan selaku pusat pelayanan untuk orang sebelah serta mereka yang melarikan diri dari zona perang lebih jauh ke timur.
Tetapi setelah itu dibom, lingkungannya terletak di dasar kendali Rusia, serta ia saat ini tinggal di kantor Lembaga Alkitab Ukraina.
Tembakan rudal, tambahnya, terdengar sepanjang presentasi.
" Ini merupakan skala penuh, perang tidak beralasan dari Federasi Rusia melawan rakyat Ukraina," katanya.“ Tujuannya merupakan kehancuran total Ukraina.”
Tetapi ia masih memandang Tuhan bekerja. Rusyn lagi menekuni makna pelayanan inkarnasi. Orang sebelah berjanji buat mendatangi kampus kala perang sudah berakhir. Alkitab dibagikan kepada tentara serta masyarakat sipil.
Serta ia memandang akibat yang lebih besar.
“ Perang sudah menyatukan orang Ukraina,” kata Rusyn.“ Bila gereja menjajaki Kristus, dia menjajaki di mana kebutuhan terbanyak serta tinggal di situ.”
Masih dapat senantiasa nyaman sepanjang ini merupakan Stanislav Stepanchenko, dekan Seminari Teologi Lviv dekat perbatasan barat Ukraina. Tiap hari kampusnya menampung dekat 100 orang yang melarikan diri dalam ekspedisi ke negeri orang sebelah Polandia ataupun Rumania.
PBB memperkirakan lebih dari 3 juta pengungsi dari Ukraina.
“ Kami merupakan tempat awal mereka dapat mengambil nafas dalam- dalam serta memperoleh santapan,” katanya.“ Tidak terdapat pertempuran di jalan- jalan kami, namun kami memandang perang di mata mereka yang melarikan diri.”
Mengkoordinasikan pekerjaan 40 sukarelawan, Stepanchenko sepakat dengan doa- doa makian dari rekan- rekannya. Ia sudah berdoa Mazmur 82 serta Mazmur 55, berharap para penyerang turun ke dalam lubang.
Namun ia serta timnya menciptakan harapan dalam Matius 25— Aku merupakan orang asing, serta Kamu menerima aku— serta mereka menegaskan diri mereka hendak perihal ini dalam tiap aksi pelayanan. Walaupun begitu, mereka memikirkan lusinan anak yang terbunuh dalam perang, kerap kembali ke Genesis tangisan Rachel.
" Ukraina menangisi anak- anaknya, serta menolak buat dihibur," kata Stepanchenko.“ Kenapa Putin melaksanakan ini? Sebab ia dapat.”
Menyusul pidato Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky kepada Kongres, Presiden AS Joe Biden menyebut Putin selaku“ penjahat perang.”
Suatu teater yang melindungi ratusan masyarakat sipil di Mariupol ditembaki pada hari Kamis—meskipun terdapat 2 label besar bertuliskan“ Kanak- kanak” di luarnya. Lingkungan kolam renang orang sebelah pula terserang, dengan perempuan serta kanak- kanak di dalamnya.
Kehancuran di segala Ukraina lumayan besar. Serbuan Rusia sebagian besar terhenti, dengan kota- kota besar ditembaki dari kejauhan. Web keagamaan belum kebal.
Soloviy serta Geychenko bergabung dengan puluhan ulama serta pendukung kebebasan beragama yang lain buat mengutuk kehancuran yang dialami oleh 28 gereja, masjid, serta sinagoga. Meja Bulat Kebebasan Beragama di Ukraina pula menghitung pembunuhan 4 imam Ortodoks serta penangkapan 2 lagi( satu dibebaskan semenjak itu).
Demikian pula, CBN memberi tahu penculikan salah satu pekerja dorongan afiliasinya di dekat Mariupol, seseorang perempuan bernama Valentine.
Seruan meja bulat, yang ditandatangani pula oleh Warga Alkitab Ukraina, Pemuda buat Kristus, serta para pemimpin dari komunitas Baptis, Pantekosta, Ortodoks, Muslim, serta Yahudi, menyerukan paroki- paroki Gereja Ortodoks yang berafiliasi dengan Moskow buat memutuskan ikatan dengan Patriark Kirill dari Ortodoks Rusia Gereja.
Itu telah terjalin di luar negara. Gereja- gereja di Amsterdam serta Estonia sudah mengumumkan pembelahan.
Kirill meramalkan perjuangan yang menegangkan buat Ortodoksi di Ukraina, serta suatu survei baru- baru ini meyakinkannya. Saat sebelum perang, Gereja Ortodoks Ukraina( UOC) dilaporkan mempunyai dekat 12. 000 paroki, sedangkan Gereja Ortodoks Ukraina yang memisahkan diri mempunyai dekat 7. 000, kata Eurasia Daily Monitor.( Walaupun harian Jamestown Foundation pula mencatat penghitungan ini kandas buat mencerminkan kedatangan di tiap paroki serta permintaan buat transfer yang senantiasa tidak disetujui.)
Tetapi telaah komentar baru- baru ini yang dicoba pada 8- 9 Maret menciptakan kalau lebih dari setengah umat paroki di UOC menunjang pemutusan ikatan.
Paus Fransiskus dari Gereja Katolik Roma serta Uskup Agung Justin Welby dari Gereja Anglikan senantiasa berdialog dengan Kirill. Komunikasi terpisah menekankan perlunya konvensi buat perdamaian serta keadilan.
Gereja tidak boleh memakai bahasa politik namun bahasa Yesus
“ Gereja tidak boleh memakai bahasa politik namun bahasa Yesus,” kata Paus Fransiskus.“ Kami merupakan pendeta dari orang yang sama yang yakin kepada Tuhan, pada Tritunggal Mahakudus, pada Bunda Allah yang Kudus.”
Kirill, sedangkan itu, berkata kepada Welby kalau jejak politik kembali ke 2014, menuduh upaya Ukraina buat memencet penutur bahasa Rusia di daerah Donbas yang diduduki. Perkaranya, kata kantornya, merupakan kalau data di kedua sisi konflik ini“ sangat berbeda.”
Sangat banyak yang jatuh cinta pada propaganda, bagi para pemimpin seminari evangelis Ukraina—terutama yang disakiti oleh rekan- rekan evangelis mereka di Rusia.
“ Mereka yakin apa yang ditampilkan di kabar,” kata Dyatlik,“ namun tidak yakin pada kesaksian orang- orang Kristen dari tempat proteksi, dari reruntuhan, dari pertempuran jalanan.”
Tetapi, ia sangat mau menghormati mereka yang memprotes perang.
“ Kami ketahui para pahlawan… yang tidak diam,” katanya,“ mempertaruhkan keluarga serta kebebasan mereka. Kami berdoa buat mereka, kami berterima kasih kepada mereka.”
Pada dini Maret, ratusan pemimpin evangelis Rusia menandatangani pesan terbuka yang menyerukan kepada pemerintah mereka buat“ menghentikan pertumpahan darah yang tidak masuk ide ini.”
Putin sudah melabeli oposisi dalam negeri terhadap perang selaku“ agas,”“ pengkhianat,” serta“ sampah.”
Nyaris 15. 000 orang Rusia sudah ditangkap sebab keluhan anti- perang. Puluhan ribu dilaporkan sudah meninggalkan negeri itu semenjak perang diawali.
Valerii Antonuk, presiden Persatuan Baptis Ukraina, mengimbau orang- orang Kristen di luar negara. Berdialog dari jantung bunda kota, ia berkata kesuksesan di Kyiv, secara tidak langsung, hendak berakibat pada Moskow.
“ Berdiri bersama serta buat kami dalam pelanggaran spiritual ini, serta pegang perisai doa ini di atas Ukraina,” katanya.“ Kami berdoa hari ini supaya Tuhan mengizinkan negeri kami buat bertahan serta menang, serta buat mempertahankan kebebasan yang sangat berarti buat menyebarkan Injil di Ukraina[dan] Rusia.”
Namun di luar panggilan buat berdoa serta advokasi, para pemimpin seminari evangelis menganjurkan cara- cara yang bisa dicoba oleh para pendukung—di samping dorongan keuangan yang berarti.
Geychenko memohon konsultasi tentang gimana pembelajaran teologi bisa bersinambung dalam wujud seminari yang compang- camping. Sehabis kehabisan seluruh modul kecuali e- reader, dia menganjurkan bibliotek online di luar negara bisa dibuka buat pemakaian fakultas serta mahasiswa pascasarjana.
UETS berkata siap buat lekas mengawali pembelajaran online. OTS berharap buat melaksanakannya pada bulan April.
Siniy, bagaimanapun, menganjurkan di luar teologi sebab banyak pengungsi pada kesimpulannya wajib tinggal lama di negeri tuan rumah mereka.“ Pikirkan tentang pembelajaran mereka,” katanya,“ bukan cuma santapan serta air.”
Pelayanan pastoral wajib diprioritaskan
Orang- orang Ukraina wajib mengorganisir perpindahan mereka, buat mengawali sekolah untuk kalangan muda mereka serta buat mendirikan gereja untuk keluarga mereka. Pelayanan pastoral wajib diprioritaskan dengan kilat, sebab perasaan bersalah para penyintas mulai tumbuh di antara para pengungsi.
Tetapi buat menutup pertemuan, Dyatlik menawarkan pesan teologis—pesan yang baginya sangat diperlukan dalam warga pasca- kebenaran.
Tantangan awal Setan merupakan membuat Adam serta Hawa mempertanyakan realitas: Apakah Tuhan betul- betul mengatakan? Serta sebab ini bawa dosa ke dunia, memerlukan inisiatif Tuhan buat mengobati, demikian pula cuma Roh Kudus yang bisa menginsafkan hati orang- orang Rusia yang buta, katanya. Alasan serta fakta tidak hendak menolong penyebabnya.
Tidak hanya itu, terdapat sangat banyak pekerjaan yang wajib dicoba, serta sedikit waktu buat istirahat.
Demikian, tentang Seminari Injili di Ukraina Meminta Bantuan baru-baru ini.
Post a Comment