Notification

×

Kategori Berita

Cari Berita

Iklan

Iklan

Persembahan untuk Pekerjaan Pelayanan - Persembahan ≠ Sumbangan - 1 Tawarikh 29:10-19

10 September 2022 | Saturday, September 10, 2022 WIB | 0 Views Last Updated 2022-09-16T11:22:16Z

Persembahan untuk Pekerjaan Pelayanan | Persembahan ≠ Sumbangan | 1 Tawarikh 29:10-19

Persembahan untuk Pekerjaan Pelayanan

JEMAAT TUBUTUAN - Persembahan untuk Pekerjaan PelayananApakah persembahan sama dengan sumbangan? Sepintas keduanya sama saja. Baik persembahan maupun sumbangan merupakan pemberian dari satu pihak kepada pihak lain. Pihak yang dimaksud bisa berarti pribadi maupun organisasi. 1 Tawarikh 29 ayat 10 sampai 19 juga memberi kesan itu. Biarpun demikian sebenarnya pandangan ini kurang tepat.


5 Aspek Pelajaran dari 1 Tawarikh 29:10-19  

Melalui nas bacaan kita hari ini 1 Tawarikh 29 ayat 10 sampai 19  Tuhan mengajari kita tentang berbagai aspek terkait persembahan. Ada lima aspek yang dapat kita lihat dalam nyanyian pujian Daud ini.


Pertama, ayat 10 sampai 12 

Mengajari kita, bahwa Tuhan Allah  pemilik segala sesuatu. Inilah yang pertama-tama harus disadari oleh setiap orang yang hendak memberikan persembahan. Kita memberikan persembahan bukan karena Tuhan tidak punya. Justru sebaliknya, segala sesuatu  milik Tuhan. Apa yang manusia miliki  milik Tuhan. Bahkan semua yang tidak manusia miliki pun  milik Tuhan.


Tuhan memiliki kekekalan. Tuhan memiliki kebesaran, kejayaan, kehormatan, kemasyuran dan keagungan di seluruh alam semesta. Tuhan juga memiliki semua kerajaan. Tuhan lebih tinggi dari semua pemimpin dunia. Tuhan  yang memiliki kemuliaan, kekuasaan dan kemampuan untuk membesarkan dan mengokohkan segala-galanya. Jadi Tuhan punya segala-galanya. Oleh karena itu tidak boleh ada seorang pun yang sombong di hadapan Tuhan.


Kedua, ayat 13 sampai 14 

Mengajarkan bahwa sebenarnya, persembahan yang diserahkan kepada Tuhan sebenarnya berasal dari tangan Tuhan sendiri. Konsekuensi dari keyakinan bahwa Tuhan  pemilik segala sesuatu  bahwa apa pun yang ada pada kita merupakan milik Tuhan. Entah itu diri seutuhnya, waktu, keluarga, harta benda, uang, pekerjaan dan sebagainya. Itu semua milik Tuhan. Jadi ketika kita memberikan persembahan, sebenarnya kita hanya mengembalikan apa yang merupakan milik Tuhan.


Dengan kesadaran ini maka konsekuensinya kita mesti menggunakan setiap pemberian Tuhan dengan bertanggung jawab. Tidak gemar berpesta pora. Tidak hidup dengan berhura-hura. Tidak hidup dengan berfoya-foya, seolah-olah semua yang ada pada kita merupakan hasil kerja keras kita semata-mata.


Bukankah semua titipan mesti dikembalikan kepada pemiliknya? Karena itu apa pun kondisi sosial ekonomi kita, jalanilah hidup sederhana. Tetapi ingat, yang diminta oleh Tuhan itu hidup sederhana, bukan hidup miskin. Sebab sederhana dan miskin itu berbeda.


Ketiga, dalam ayat 15 sampai 17 

Menunjukan bahwa, persembahan mesti diserahkan dengan sikap merendahkan diri, sukarela, tulus dan ikhlas. Bagian ini berhubungan dengan sikap hati. Di sini Daud berkata kepada Tuhan bahwa dia dan umat Israel hanyAllah orang asing seperti nenek moyangnya. Hari-hari hidup mereka seperti bayang-bayang yang segera lenyap.


Hal ini menunjukkan bahwa Tuhan melihat sampai ke lubuk hati yang paling dalam. Karena itu utamakanlah apa yang Tuhan lihat, bukan apa yang manusia lihat dari kita. Jadi setelah memberi persembahan tidak usah koar-koar ke mana-mana. Tidak pula menulisnya sebagai status atau caption foto di facebook, IG, story WA dan sebagainya. Cukuplah kalau Tuhan sudah tahu. Sebab dengan demikian berkat-Nya akan diberikan berlipat kali ganda bagi kita.


Keempat, ayat 16 

Mengajarkan kita bahwa, persembahan mesti dipergunakan untuk pekerjaan pelayanan. Inilah yang Daud lakukan. Ketika dia meminta umat memberikan persembahan, tujuannya jelas yaitu pembangunan Bait Suci. Tetapi itu tidak berarti dia langsung mengerjakannya. Tidak!


Hal ini pun Allah teladan bagi para pengelola persembahan umat pada masa kini. Pengelolaan persembahan umat mesti berpatokan pada kehendak dan waktu Tuhan. Di Gemit, kebijakan pengelolaan persembahan umat ada pada majelis di tiap lingkup; jemaat, klasis dan sinode. Biar pun begitu, manfaatnya mesti dirasakan oleh semua orang, baik di dalam maupun di luar gereja.


Kelima, Ayat 18 sampai 19 

Mengajarkan kita bahwa, pemberi dan pengelola persembahan mesti selalu didoakan agar tetap taat menjalankan kehendak Tuhan. Ini  yang Daud lakukan. Ayat 18 menunjukkan doanya untuk umat Israel. Dia berdoa agar Tuhan memelihara kecenderungan hati umat sehingga senantiasa memberikan persembahan. Lalu dalam ayat 19, Daud berdoa agar Salomo yang dipercayakan untuk membangun Bait Suci terus berpegang pada perintah dan peringatan Tuhan dengan tulus.


Ini pun merupakan pelajaran penting bagi kita. Sebab ada kalanya kita berat sebelah. Ada orang yang hanya berdoa supaya umat rajin memberikan persembahan. Di sisi lain, ada orang yang hanya berdoa agar pengelola persembahan mengelolanya dengan benar.


Firman Tuhan ini mengingatkan kita untuk mendoakan semuanya. Baik pemberi maupun pengelola persembahan harus didoakan secara bersama-sama. Doanya pun bukan hanya sesekali saja. Tidak. Kita harus mendoakannya setiap saat. Sebab, sekali lagi, semua yang ada, baik pada pemberi maupun pengelola persembahan, hanya titipan. Tuhanlah pemilik sejati dari segala sesuatu. Dengan demikian semua yang dilakukan mesti seturut dengan kehendak-Nya. Tuhan memberkati kita. Amin

Source : sinodegmit.or.id. Ditulis oleh : Pdt. Melkisedek Sni’ut 

TUTUP IKLAN
TUTUP IKLAN
×
Berita Terbaru Update