Sebuah Refleksi Dalam Terang Kekristenan
PENA ROHANI - Shallom, saudara-saudara. Sebuah peristiwa yang terjadi di Nusa Tenggara Timur telah menjadi viral di media sosial beberapa waktu yang lalu, atau bahkan hingga saat ini. Seorang tentara dikabarkan bunuh diri dalam peristiwa tersebut, mengatakan dia tidak dapat membayar belis sebesar 250 juta rupiah. Namun, pihak keluarga menegaskan bahwa tidak ada keputusan seperti itu, sehingga informasi ini tetap tidak jelas.
Meskipun berita tersebut benar, mari kita lihat apa yang dikatakan orang Kristen atau Alkitab tentang belis atau mahar ini. Dalam Alkitab, kita juga menemukan cerita tentang pemberian mahar atau belis sebagai bagian dari tradisi pernikahan, dan belis adalah tradisi lokal yang juga dikenal hampir di seluruh masyarakat Timur, termasuk Timur Tengah kuno seperti wilayah Israel, Palestina, dan sekitarnya.
Pernikahan adalah sebuah perjanjian kudus yang menjadi dasar bagi keluarga
Kristen. Dalam tradisi budaya, khususnya di Indonesia, mahar atau belis sering
kali menjadi bagian dari proses pernikahan. Namun, bagaimana sebenarnya pandangan Kekristenan terhadap mahar dan tradisi belis ini? Apakah
Alkitab memberikan arahan khusus tentang praktik tersebut? Mari kita gali lebih
dalam dengan penuh kebijaksanaan.
Apa Itu Belis dan Mengapa Tradisi Ini Ada?
Belis, juga disebut mahar, adalah tradisi di mana pihak mempelai pria memberikan sesuatu kepada keluarga mempelai wanita. Tradisi ini dilakukan untuk alasan baik, seperti:
- Penghormatan kepada calon istri: Sebagai bentuk penghargaan atas nilai dan martabat wanita.
- Simbol tanggung jawab: Menunjukkan kesungguhan pria dalam menanggung kehidupan keluarganya.
- Kompensasi budaya: Menggantikan peran wanita yang meninggalkan keluarganya untuk membangun rumah tangga baru.
Tradisi ini ditemukan dalam budaya kuno Timur Tengah, seperti yang disebutkan dalam Alkitab, dan tidak hanya ada di Indonesia.
Bagaimana Alkitab Melihat Tradisi Belis?
Alkitab mencatat beberapa kisah tentang pemberian mahar atau belis dalam konteks pernikahan:
- Yakub dan Rahel: Yakub bekerja selama tujuh tahun untuk mendapatkan Rahel sebagai istrinya (Kejadian 29).
- Daud dan Mikal: Saul meminta 100 kulit khatan orang Filistin sebagai mahar ketika Daud ingin menikahi Mikal (1 Samuel 18).
- Ribka dan Ishak: Hamba Abraham memberikan hadiah berupa emas dan perak kepada keluarga Ribka sebagai tanda pernikahan (Kejadian 24).
Meskipun demikian, perlu diingat bahwa cerita-cerita ini terjadi dalam budaya Ibrani kuno, yang tidak sepenuhnya sesuai dengan tradisi modern.
Mengapa Tradisi Belis Masih Diperdebatkan?
Kapan dan Bagaimana Tradisi Belis Harus Diterapkan?
Penerapan belis dalam pernikahan Kristen dapat dilakukan dengan mempertimbangkan hal-hal berikut:
- Diskusi bersama: Pastikan kedua belah pihak sepakat tentang jumlah dan bentuk belis.
- Hindari pemaksaan: Belis seharusnya tidak menjadi alasan untuk membatalkan pernikahan.
- Tetap sederhana: Ingatlah bahwa harga diri seorang wanita tidak dapat diukur dengan materi, tetapi dengan cinta kasih dan tanggung jawab.
Dimana Letak Esensi Sesungguhnya dari Pernikahan?
Dalam agama Kristen, esensi pernikahan terletak pada komitmen, cinta, dan tanggung jawab yang diberikan oleh Tuhan. Tradisi belis hanyalah simbol, tetapi nilai sebenarnya dari pernikahan terletak pada kehidupan bersama yang memuliakan Tuhan.
Siapa yang Bertanggung Jawab dalam Tradisi Belis?
Dalam tradisi belis, mempelai pria dan keluarga kedua belah pihak bertanggung jawab untuk menjaga proses tidak menjadi beban. Dalam kasih Kristus, semua keputusan harus dibuat dengan hikmat dan saling memahami.
Penutup
"Hai suami, kasihilah isterimu sebagaimana Kristus telah mengasihi jemaat dan telah menyerahkan diri-Nya baginya,"
Shalom, semuanya, Salam Sejahtera. Terima Kasih telah membaca tulisan ini. Silahkan, temukan kami dan dapatkan informasi terubdate lainnya, cukup dengan Klik Mengikuti/follow kami di Google News DISINI. than's. God bless.
© 2025 All Right Reserved - Designed by penarohani
0Comments