Mengapa Perang Gaza Harus Dihentikan dan Iman Tak Boleh Diam?
Internasional, Pena Rohani - Gereja Berseru Perang Gaza Harus Mati - Di tengah gejolak peperangan yang melanda Gaza, suara gereja di Yerusalem menggemakan panggilan yang penuh harapan dan doa: "Perang Gaza Harus Mati, Iman Tak Boleh Hening!". Pada 14 Oktober lalu, para Patriark dan Kepala Gereja di Yerusalem bersatu menyuarakan seruan mereka untuk mengakhiri penderitaan, memperbaharui janji perdamaian, dan memulai perjalanan panjang rekonsiliasi. Ini bukan sekadar seruan politik, tetapi panggilan iman yang mendalam agar dunia tidak lupa akan tanggung jawab kemanusiaan kita terhadap mereka yang terperangkap dalam konflik.
Dalam pernyataan resmi mereka, gereja-gereja di Yerusalem mengungkapkan rasa syukur kepada komunitas internasional yang telah bekerja keras mengusahakan penghentian konflik ini. Namun, mereka juga menegaskan bahwa ini baru permulaan perdamaian sejati hanya akan terwujud jika kedua belah pihak, Palestina dan Israel, berkomitmen pada rekonsiliasi dan hidup berdampingan dengan damai.
Perang Gaza Harus Mati, Langkah Pertama Menuju Perdamaian
Apa yang menjadi langkah pertama dalam menghadapi konflik yang sudah berlarut-larut ini? Gereja di Yerusalem tidak hanya mendesak penyelesaian kemanusiaan yang segera, tetapi juga mengingatkan dunia akan pentingnya mengakhiri pendudukan yang terus memperburuk ketegangan di wilayah Tepi Barat dan Gaza. Panggilan ini bukan sekadar untuk menghentikan kekerasan, melainkan untuk membuka jalan bagi pembentukan negara Palestina yang damai dan hidup berdampingan dengan Negara Israel.
Sebagai pengingat, mereka juga mendoakan komunitas-komunitas gereja yang berada di tengah krisis, seperti di Gereja Ortodoks St. Porphyrios dan Rumah Sakit Anglikan Al-Ahli. "Ketekunan iman Anda di tengah kesulitan yang tak terkira selama dua tahun terakhir telah menjadi teladan cemerlang bagi kita semua," tulis para pemimpin gereja. Mereka berjanji untuk terus mendukung dan mendoakan agar hari-hari yang akan datang membawa harapan baru.
Iman Tak Boleh Hening-Gereja Melangkah Bersama untuk Misi Kemanusiaan
Sementara itu, di Institut Teologi Ekumenis Global (GETI), pembicaraan tentang memori dan misi gereja semakin menggaung. Para peserta yang hadir pada 15 Oktober merenungkan peran gereja dalam menanggapi penganiayaan dan genosida, serta bagaimana gereja dapat menjadi simbol ketahanan dan harapan bagi mereka yang terpinggirkan. Salah satu pembicara utama, Prof. Dr. Grace Al-Zoughbi, dengan tajam menyuarakan pentingnya pendidikan untuk menjaga warisan iman, serta solidaritas yang melampaui batas-batas geografi.
Apa Langkah Selanjutnya untuk Gereja di Gaza dan Dunia?
FAQ - Pertanyaan yang Sering Diajukan
Panggilan untuk Menyuarakan Perdamaian dan Harapan
Pernyataan para Patriark dan Kepala Gereja di Yerusalem menjadi pengingat bagi kita semua bahwa perjalanan panjang menuju perdamaian baru saja dimulai. Meskipun langkah ini masih awal, harapan akan masa depan yang lebih damai tetap ada. Sebagai umat Kristen, kita dipanggil untuk berperan aktif dalam memelihara perdamaian, meski dalam dunia yang penuh ketegangan dan kesulitan. Demikian Mazmur 85:10-11 :
"Sesungguhnya keselamatan dari pada-Nya dekat pada orang-orang yang takut akan Dia, sehingga kemuliaan diam di negeri kita. Kasih dan kesetiaan akan bertemu, keadilan dan damai sejahtera akan bercium-ciuman."
Mari bersama-sama menjawab panggilan Tuhan, tidak hanya dengan kata-kata, tetapi dengan tindakan nyata. Berdiri bersama mereka yang membutuhkan, dan jadilah saluran damai di dunia ini. Perang Gaza harus mati, dan iman kita tidak boleh diam! - (pr)**
Source: oikoumene.org (wcc:15/10/2025); Writer: penarohani; Editor: penaRadmin
Shalom, semuanya, Salam Sejahtera. Terima Kasih telah membaca tulisan ini. Silahkan, temukan kami dan dapatkan informasi terubdate lainnya, cukup dengan Klik Mengikuti/follow kami di Google News DISINI. than's. God bless.
© 2025 All Right Reserved - Designed by penarohani
0Comments