Menanti dalam Sunyi, Setia dalam Bayang
Pena Rohani - Hamba yang Menanti dengan Setia - Bayangkan seorang sopir ojek online, sudah dua jam duduk di pinggir jalan, tak ada order yang masuk. Panas menyengat, dompet mulai mengeluh. Tapi ia tetap bertahan, karena ia percaya: akan ada penumpang yang datang. Setia dalam diam. Menanti dalam harap.
Begitulah hidup seorang hamba yang menanti dengan setia. Tak selalu ramai. Tak selalu dilihat. Tapi dalam penantiannya, ada kesetiaan yang terus diuji. Apalagi di masa seperti ini Masa Raya Penantian Roh Kudus kita tak hanya diingatkan untuk menunggu, tapi juga untuk setia dalam menunggu.
Dalam bacaan hari ini, kita diajak menyelami kisah Elisa yang menanti pemanggilan ilahi, di tengah langkah terakhir Elia. Inilah cerita tentang seorang hamba yang bukan hanya ikut berjalan, tapi juga memilih setia sampai akhirnya menerima bagian ganda dari roh gurunya.
Mari kita duduk sejenak, membuka hati dan telinga. Sebab mungkin kita pun sedang di masa "Gilgal" kita masing-masing tempat ujian kesetiaan dimulai.
1. Konteks Historis dan Teologis: Di Antara Gilgal dan Sungai Yordan
Kisah ini bukan sekadar drama antara dua nabi, tapi sebuah perjalanan iman yang penuh makna simbolis.
Gilgal, Betel, Yerikho, Yordan
Keempat tempat ini bukan hanya lokasi fisik, tapi juga stasiun spiritual:
-
Gilgal: tempat awal, titik berangkat penantian.
-
Betel: rumah Allah, tempat pengakuan iman.
-
Yerikho: kota tantangan, bayangan peperangan rohani.
-
Sungai Yordan: batas antara manusia lama dan hidup baru, titik transisi ilahi.
Elisa tak hanya berjalan bersama Elia ia sedang melewati ujian kerohanian bertahap, dari setia dalam ikut, hingga rela ditinggal.
Makna Menanti dalam Perjanjian Lama
1. Qavah: Menjalin Harapan dengan Ketegangan
Makna “qavah” mencerminkan semacam ketegangan ilahi seperti benang-benang yang ditarik untuk membentuk kekuatan dalam sebuah tali. Ini bukan ketenangan yang pasif, tetapi sebuah harapan yang terus mengikat diri kepada Tuhan, walau belum melihat hasilnya secara nyata.
Kata ini muncul, misalnya, dalam Yesaya 40:31:
“Tetapi orang-orang yang menanti-nantikan TUHAN mendapat kekuatan baru…”
Orang yang menanti tidak ditinggalkan, tapi justru diperkuat. Penantian dalam iman menandakan sebuah keyakinan bahwa Allah bekerja dalam proses, bukan hanya hasil akhir.
2. Menanti sebagai Tindakan Iman
Di Perjanjian Lama, banyak tokoh besar yang hidup dalam penantian:
-
Abraham, menunggu kelahiran Ishak bertahun-tahun setelah janji Allah.
-
Yusuf, menanti pembebasan dari penjara walau ia difitnah tanpa bukti.
-
Hana, ibu Samuel, menanti buah rahim sambil menangis dan berdoa di bait Allah.
-
Habakuk, yang berseru, “Sekalipun…” di tengah ketidakpastian (Hab. 3:17-19).
Penantian mereka bukan karena tak punya pilihan, tapi karena mereka memilih untuk tetap berharap kepada Tuhan, bukan kepada logika atau waktu manusia.
3. Menanti dalam Relasi, Bukan Isolasi
Dalam tradisi Ibrani, menanti bukan hanya soal pribadi. Ini juga soal komunitas. Bangsa Israel menanti pembebasan dari Mesir, dari Babel, bahkan dari penindasan rohani dan sosial. Mereka menanti sambil berkumpul, berdoa, menyembah, dan memperingati karya Tuhan di masa lalu.
Penantian mereka penuh liturgi. Penuh nyanyian mazmur. Dan penuh kerinduan yang dihidupi bersama.
2. Eksplorasi Ayat: Jejak Kesetiaan di Tiap Langkah
Mari kita perhatikan betapa luar biasa sikap Elisa. Ia bukan hanya murid biasa, ia adalah hamba yang:
2.1. Tidak Mudah Menyerah
Tiga kali Elia berkata, “Tinggallah di sini.” Tapi Elisa menjawab, “Demi TUHAN yang hidup dan demi hidupmu sendiri, aku tidak akan meninggalkan engkau!” (2Raj 2:2, 4, 6). Ini bukan sekadar loyalitas emosional, tapi penegasan iman dan keteguhan hati.
2.2. Menanti Tanpa Kejelasan
Bayangkan: Elia akan diangkat ke surga. Elisa tahu, tapi tak tahu bagaimana. Ia menanti bukan dengan jadwal yang jelas, melainkan dengan kerelaan untuk berjaga-jaga.
Ini seperti pegawai shift malam yang tahu bosnya akan datang sidak, tapi tak diberi jam pasti.
2.3. Melihat Lintas Dimensi
Ketika akhirnya Elia naik dalam kereta berapi, Elisa berseru, “Bapaku, bapaku!” dan robek pakaiannya tanda duka, hormat, dan transformasi diri. Ia menerima jubah Elia dan mulai berjalan dengan kuasa yang baru.
3. Ilustrasi Kekinian: Barista dan Mesin Kopi yang Rusak
Beberapa rekan kerjanya memilih masuk ke gudang, menghindar dari keributan. Tapi si barista tetap di tempat, menanti teknisi datang sambil tetap melayani semampunya. Saat akhirnya sang manajer tiba, ia tidak mencari pegawai paling cepat menyeduh, tapi yang paling setia menanti dan tetap berdiri di posisi, walau keadaannya tidak ideal.
Apa yang Bisa Kita Pelajari dari Barista Ini?
Menjadi hamba yang menanti dengan setia bukan berarti menunggu dengan tangan terlipat. Seperti si barista tadi, penantian sejati adalah komitmen untuk tetap hadir, tetap setia pada panggilan, meskipun situasi tidak sempurna. Ketika semua terasa lambat, kacau, bahkan sepi, seorang hamba Tuhan tetap di tempatnya tidak pergi, tidak ngambek, tidak cari panggung karena ia tahu, Tuhan sedang membentuknya dalam penantian itu.
Dalam dunia kerja, kadang hasil instan yang dihargai. Tapi dalam Kerajaan Allah, kesetiaan dalam proses adalah emas yang murni. Barista yang tetap berdiri di tengah kekacauan mungkin tidak menghasilkan banyak cangkir kopi hari itu, tetapi ia menunjukkan karakter yang tahan uji. Seperti Elisa, yang tetap berjalan mengikuti Elia dari Gilgal, ke Betel, ke Yerikho, hingga menyeberang Yordan walau belum tahu kapan "mesin langit" akan membawanya ke level selanjutnya.
4. Menanti Itu Bukan Tidur, Tapi Bergerak
4.1. Setia dalam Tugas Kecil
Jangan remehkan hal kecil. Mengatur kursi di gereja, membalas pesan jemaat, atau hanya hadir dan mendengar keluh kesah orang lain semua itu bagian dari kesetiaan.
4.2. Menanti Bukan Berhenti
Penantian bukan berarti berhenti. Justru saat kita "menunggu", Tuhan sedang membentuk hati kita: kesabaran, kerendahan hati, ketekunan. Seperti tukang kebun yang tahu: benih yang ditanam tidak langsung tumbuh besok pagi, tapi butuh air, sinar matahari, dan waktu.
4.3. Hidup dalam Sikap Siap Terima
Banyak orang ingin kuasa seperti Elia, tapi tak mau jalan seperti Elisa. Kita ingin pencapaian, tapi tak sabar proses. Menanti berarti: siap terima saat Tuhan bilang, “Sekarang waktunya.”
5. Hamba yang Dipakai, Bukan Karena Hebat, Tapi Karena Setia
Elisa tak menonjol di awal. Ia hanya hamba. Tapi ia menanti. Dan saat waktu Tuhan tiba, ia dipakai dua kali lebih dahsyat daripada gurunya.
Tuhan tidak mencari yang paling cepat, paling pintar, atau paling populer. Ia mencari yang setia. Di balik layar. Dalam sunyi. Di antara tugas-tugas biasa.
Dan mungkin... itu kamu.
6. Jadi Hamba yang Menanti dengan Terang
Kita ada di Masa Raya Penantian Roh Kudus. Ini bukan waktu untuk pasif. Ini waktu untuk bersiap. Seperti murid-murid Yesus di kamar loteng, kita menunggu dengan doa, dengan tekad, dengan harap.
Mari jadi hamba yang menanti dengan setia. Bukan sekadar diam, tapi giat dalam kasih, sabar dalam doa, dan setia dalam pelayanan.
Biarlah setiap langkah kecil kita menjadi benih kesetiaan yang akan menuai kuasa dari tempat tinggi.
Ayat Penutup dan Pesan Pengutusan
Di tengah dunia yang serba cepat ini, Tuhan tetap mencari mereka yang berjalan perlahan namun setia, seperti Elisa yang tidak pergi ke mana-mana kecuali ke mana Tuhan menuntun.
“Berbahagialah hamba yang didapati tuannya sedang melakukan tugasnya itu.” - Matius 24:46
Saudara yang terkasih, jangan terburu mengejar pelangi sebelum hujan berakhir. Kadang, kuasa Tuhan turun bukan di awal langkah, tapi di akhir kesetiaan.
Ayo Bertindak: Jadilah Hamba yang Menanti dengan Setia
Jangan menyerah di tengah jalan. Kiranya roh Elisa roh kesetiaan, kerendahan hati, dan ketekunan hidup dalam kita semua, dalam masa penantian Roh Kudus ini.
Karena dalam penantian yang setia, ada kuasa yang siap dicurahkan. (pr)**
Tonton Video Refleksi :
Sumber Nas: 2 Raja-raja 2:1-18; writer: yakang bloger. editor: penaRadmin/pr
Shalom, semuanya, Salam Sejahtera. Terima Kasih telah membaca tulisan ini. Silahkan, temukan kami dan dapatkan informasi terubdate lainnya, cukup dengan Klik Mengikuti/follow kami di Google News DISINI. than's. God bless.
© 2025 All Right Reserved - Designed by penarohani
0Comments