Harapan Baru Berembus dari Selatan Dunia
Internasional, Pena Rohani - Doa dan Ziarah Ekumenis Perempuan WCC untuk Kesatuan Iman - Di tengah dunia yang masih belajar menyembuhkan luka-luka sejarah dan ketidakadilan, dari kota Johannesburg yang berdenyut semangat Afrika, terdengarlah nyanyian lembut namun tegas: suara perempuan. Mereka datang dari penjuru dunia, membawa harapan dan keberanian untuk menyatukan gereja-gereja dalam roh yang sama roh kasih, keadilan, dan kesatuan.
Doa dan Ziarah Ekumenis untuk Kesatuan Iman bukan sekadar pertemuan rutin. Ia adalah gema spiritual dari generasi perempuan Kristen yang percaya bahwa jalan menuju kesatuan gereja dimulai dari pengakuan, keberanian berbicara, dan kesediaan berjalan bersama tanpa meninggalkan siapa pun di belakang.
Apa yang Sebenarnya Terjadi?
Perempuan-perempuan Gereja Berkumpul dan Bangkit
Pertemuan ini berlangsung dalam rangkaian sidang Komite Pusat Dewan Gereja Dunia (WCC) pada 18–24 Juni 2025 di Johannesburg, Afrika Selatan. Seperti biasa, forum ini menjadi ruang berbagi pengalaman, harapan, dan pergumulan perempuan dari berbagai denominasi dan benua. Namun tahun ini, nuansanya terasa berbeda: lebih mendalam, lebih jujur, dan lebih menyala.
Pendeta Merlyn Hyde Riley, selaku wakil moderator, membuka pertemuan dengan hangat, menyebut ruang ini sebagai tempat aman untuk menyuarakan kerinduan hati para perempuan gereja. Ia mengajak mereka berbicara dengan terbuka, termasuk soal luka dan tantangan yang masih terasa tajam.
Siapa yang Berbicara dan Mengapa Ini Penting?
Ketika Perempuan Bicara, Gereja Mendengar
Perempuan-perempuan itu tidak datang membawa teori. Mereka membawa pengalaman hidup. Mereka berbicara tentang dukungan WCC terhadap perempuan pengidap HIV, dan realitas pahit diskriminasi berbasis gender dalam gereja sendiri.
Pendeta Thandanani Savhasa dari Gereja Misi Iman Apostolik Afrika Selatan, juga anggota Dewan Gereja Gauteng, menyuarakan hal yang selama ini terselip di balik kesibukan pelayanan: kurangnya mentor perempuan bagi para pendeta muda.
“Di dunia sekuler, perempuan dibimbing untuk menduduki posisi penting. Tapi kami, pendeta perempuan muda, justru sering merasa sendiri,” katanya.“Saya bersyukur punya mentor pria yang bijak, tapi saya sadar saya juga butuh sosok perempuan yang mengerti pergumulan saya sebagai pemimpin, istri, dan ibu.”
Apa Saja Isu yang Diangkat?
Ketimpangan Peran, Ketimpangan Kesempatan
Di ruang doa dan diskusi itu, suara-suara mengalir deras seperti sungai keadilan. Masih banyak gereja dan wilayah yang membatasi penahbisan perempuan, atau memperlakukan pemimpin perempuan dan laki-laki dengan cara yang berbeda. Ini bukan sekadar soal aturan gerejawi, tetapi menyangkut keadilan spiritual, dan panggilan kesetaraan yang berasal dari Kristus sendiri.
Para peserta menegaskan bahwa doa dan ziarah iman tidak bisa dilakukan dengan satu kaki kita butuh keseimbangan, dan itu artinya memberi ruang bagi perempuan untuk melayani sepenuhnya.
Apa Hasil dari Pertemuan Ini?
Komitmen untuk Berjalan Bersama dan Membimbing
Pendeta Hyde Riley menutup sesi dengan ucapan terima kasih kepada para peserta, terutama kaum muda. Ia mengajak mereka membentuk komunitas solidaritas yang terus berjalan, bahkan setelah pertemuan formal berakhir. Mereka bersepakat untuk memperluas jaringan bimbingan, memperkuat komunikasi lintas generasi, dan saling menopang sebagai tubuh Kristus yang hidup.
Pertemuan ini ditutup dengan doa yang menggetarkan dari Pendeta Dr Susan Durber, Presiden WCC dari Eropa. Kata-katanya seolah menjadi penutup dan pembuka sekaligus menutup pertemuan, membuka langkah baru.
Bagaimana Akhirnya Doa Ini Menggema
Doa Penutup yang Menyatukan
Pada 24 Juni, doa penutup Komite Pusat WCC menjadi pengalaman lintas generasi yang menyentuh jiwa. Dipimpin oleh para pengurus yang terlibat selama sepekan, ibadah ini menyatukan refleksi, nyanyian, dan gerakan sebagai ekspresi iman kolektif.
Pendeta Nicolas Kazarian menyampaikan homili penuh makna. Ia mengangkat peringatan 1700 tahun Konsili Ekumenis Nicea, bukan hanya sebagai sejarah, tetapi sebagai komitmen baru terhadap persatuan gereja.
“Ini bukan hanya peringatan,” tegasnya. “Ini panggilan bagi kita untuk melanjutkan ziarah bersama, memperbarui kredo iman, dan membangun tempat tinggal rohani yang satu, dari batu-batu hidup yang dibentuk Roh Kudus.”
Dari Johannesburg ke Seluruh Dunia
Doa dan Ziarah Ekumenis Perempuan WCC untuk Kesatuan Iman bukan sekadar acara. Ini adalah nyala kecil yang menyebar mengubah arah angin dan meniupkan semangat baru ke dalam gereja-gereja. Saat perempuan gereja bersuara, bukan hanya mereka yang dikuatkan seluruh tubuh Kristus turut dipulihkan.
Pertemuan ini adalah pengingat bahwa kesatuan gereja bukanlah hasil dari kekuasaan, melainkan buah dari pengakuan, pengampunan, dan persekutuan. Dan perempuan memegang peran penting dalam kisah besar ini.
Pesan Pengutusan: Mari Berjalan Bersama
Kini saatnya kita bertanya: Apakah kita siap mendengar suara perempuan dalam gereja, dan berjalan bersama mereka di ziarah iman ini?
Bagi gereja lokal, sinode, dan komunitas, inilah waktunya untuk membangun ruang yang setara. Dorong mentoring lintas gender. Dukung perempuan dalam pelayanan. Dan paling penting: izinkan mereka berdiri di mimbar bukan karena jatah, tapi karena panggilan Tuhan.
Ayo bergerak! Jadilah gereja yang tidak hanya mengkhotbahkan kesatuan, tapi juga menghidupinya dari Johannesburg sampai ujung desa-desa kecil di tanah air kita.
“Dalam hal ini tidak ada orang Yahudi atau orang Yunani, tidak ada hamba atau orang merdeka, tidak ada laki-laki atau perempuan, karena kamu semua adalah satu di dalam Kristus Yesus.” - Galatia 3:28. Amin. - (pr)**
Source: oikoumene.org (25/6/2025); Writer: yakangbloger; Editor: penaRadmin.
Shalom, semuanya, Salam Sejahtera. Terima Kasih telah membaca tulisan ini. Silahkan, temukan kami dan dapatkan informasi terubdate lainnya, cukup dengan Klik Mengikuti/follow kami di Google News DISINI. than's. God bless.
© 2025 All Right Reserved - Designed by penarohani
0Comments