Satu Minggu, Dua Langkah, Satu Iman
Kupang Barat, Pena Rohani - Meriba ke Betlehem Ada Misi Baru - Matahari baru menyapa Minggu pagi, 1 Juni 2025. Di balik embusan angin dari tanah Tuamese, tersimpan cerita yang lebih dari sekadar perpisahan atau penyambutan. Hari itu, ada dua nama yang bersinar: Pdt. Philipus Yakobis Rehiara dan Pdt. Leonard Gustaf Lak’apu. Dan bukan hanya nama mereka yang berpindah tempat, tetapi juga misi baru yang mulai ditulis dengan tinta iman.
Betul, saudara-saudari yang terkasih, dari Meriba ke Betlehem ada misi baru! Sebuah babak pelayanan yang dimulai kembali, dengan gaya baru, semangat baru, tapi tetap satu arah: melayani Tuhan dan umat-Nya dengan hati.
Apa yang Terjadi?
Ibadah Pengutusan dan Serah Terima Jabatan
Pada hari Minggu, 1 Juni 2025, GMIT Klasis Kupang Barat menggelar ibadah pengutusan Pdt. Philipus Yakobis Rehiara, S.Pd.K. dan perhadapan Pdt. Leonard Gustaf Lak’apu, S.Th. Ibadah ini juga menjadi momen serah terima jabatan Ketua Majelis Jemaat Masa Meriba Tuamese, yang dikenal sebagai salah satu jemaat yang hangat dan penuh cerita pelayanan panjang.
Pelayanan ibadah dipercayakan kepada:
-
Pdt. Yefta H. Bani, S.Th (GMIT Jemaat Yegar Sahaduta Oenaek),
-
Pdt. Isak Liunome, S.Th (GMIT El-Roi Batakte),
-
Dan pelayan firman, Pdt. Viktor Paulus Boru, S.Th.
Kehadiran para pimpinan gereja dan tokoh masyarakat makin menambah suasana khidmat:
-
Pdt. Doddy S. Octavianus, S.Th, Ketua Majelis Klasis Kupang Barat,
-
Plt. Camat Kupang Barat, James O. B. Ating, S.Kom,
-
Absalom Buy, S.Pd, anggota DPRD Kabupaten Kupang,
-
Pdt. Elisa Maplani, S.Th, M.Si, Ketua Majelis Jemaat Betlehem Oesapa Barat,
-
Dan tentu saja, keluarga besar dari Jemaat Meriba dan Betlehem.
Di Mana dan Kapan?
Siapa yang Terlibat?
Tokoh-Tokoh Utama Pelayanan Baru
-
Pdt. Philipus Yakobis Rehiara, S.Pd.K: Diutus dari Masa Meriba Tuamese ke Jemaat Betlehem Oesapa Barat, setelah melayani 11 tahun 8 bulan 23 hari di GMIT Tesabela dan Masa Meriba (sejak 9 September 2013).
-
Pdt. Leonard Gustaf Lak’apu, S.Th: Kini dipercayakan menggembalakan Jemaat Masa Meriba Tuamese setelah sebelumnya melayani di Betlehem Oesapa Barat.
Dalam bahasa pelayanan, mereka menyebut ini sebagai tukar lurus pelayanan sebuah bentuk kepercayaan timbal balik demi kelangsungan ziarah iman yang berbuah.
Kenapa Ini Penting?
Dari Panggilan, Bukan Panggung
“Keindahan itu bukan hanya yang halus dan mengagumkan, tapi juga dalam luka, air mata, dan hati yang hancur karena cinta Tuhan.”
Ia menyentuh jiwa dengan mengingatkan bahwa perpisahan bukan soal jarak, tetapi soal rasa. Dan rasa itu dibentuk dari kasih yang sejati dalam pelayanan.
Sementara itu, untuk Pdt. Leonard, perjalanan ini bukan soal naik atau turun pangkat.
“Kalau mau ukur dari luar, bisa saja dibilang ini demosi, dari jemaat besar ke kecil. Tapi kalau Tuhan su panggel, saya tetap jalan,” tuturnya.
Pelayanan bukan panggung kesuksesan, tapi tempat setia mencintai Tuhan.
Bagaimana Misi Baru Ini Akan Berjalan?
Sinergi Gereja dan Pemerintah
Plt. Camat Kupang Barat, James Ating, memberi sambutan yang penuh visi:
“Kami butuh gereja bukan hanya untuk ibadah, tapi untuk kolaborasi. Supaya program-program sosial, seperti pengentasan stunting dan menjaga keamanan lingkungan, bisa berhasil.”
Beliau percaya, suara gembala dari mimbar mampu menjangkau masyarakat lebih dalam dibandingkan selebaran atau aturan.
Dari pertemuan ini muncul harapan:
-
Gereja ikut membangun generasi sehat dan kuat.
-
Pendeta jadi mitra transformasi sosial.
-
Mimbar Tuhan menjadi ruang perdamaian dan pemberdayaan.
Pujian yang Naik, Doa yang Turun
Ibadah hari itu dipenuhi 11 bentuk pujian mulai dari koor, solo, paduan suara, sampai puisi. Semua merayakan karya Tuhan dalam hidup dan pelayanan para hamba-Nya. Tak hanya disaksikan oleh jemaat yang hadir, tapi juga disiarkan langsung melalui channel YouTube GMIT Klasis Kupang Barat sebuah bukti bahwa pelayanan kini merambah dunia digital.
Perjalanan Iman yang Menggugah
Perjalanan dari Meriba ke Betlehem Bukan Sekadar Pindah Tempat
Bukan hanya perpindahan geografis, tapi ini soal pemindahan beban salib, tanggung jawab pastoral, dan semangat penggembalaan yang tak pernah mati. Jemaat menyaksikan bahwa pelayanan yang setia tak pernah berdiam di satu tempat, melainkan terus bergerak, bertumbuh, dan menyalurkan terang ke mana Tuhan mengutus.
Dua Figur, Satu Semangat Pelayanan
Pdt. Philipus, setelah mengabdi hampir 12 tahun di tanah Meriba, kini berlayar ke Betlehem bukan untuk beristirahat, tetapi untuk meneruskan jejak pelayanan yang lebih luas. Sosok yang tenang, sabar, dan penuh dedikasi ini tak sekadar dipindahkan, tetapi diutus, sebagai lanjutan dari tugas misi yang dipercayakan.
Apa yang Membuat Ini Menyentuh?
Bukan seremoni yang bikin mata berkaca-kaca, tapi cerita di balik perjalanan yang menyentuh hati. Jemaat tidak hanya menyaksikan dua orang pendeta yang berpindah tugas, tetapi dua hamba Tuhan yang taat atas panggilan Ilahi, meski harus meninggalkan zona nyaman, kenangan pelayanan, dan kedekatan yang sudah terbangun selama bertahun-tahun.
“Kalau Tuhan sudah panggil dan utus, maka ke mana pun kita siap pergi,” kata-kata ini bukan sekadar ucapan, tapi prinsip yang dijalani. Dalam konteks gereja masa kini yang penuh tantangan, kesediaan untuk taat, berpindah ladang pelayanan, dan tetap menjaga semangat pengabdian adalah pesan moral yang sangat kuat bagi umat dan para pelayan lainnya.
Mari Menyambut dan Mendoakan Perjalanan Baru Ini
Sebagai umat percaya, momen ini mengajak kita untuk bukan hanya menyaksikan, tapi turut mendukung dan mendoakan. Tugas pelayanan bukanlah pertunjukan, melainkan kerja kasih yang penuh dedikasi, yang perlu disambut dengan doa dan kehadiran nyata dari seluruh jemaat.
Mari kita tidak hanya mengucapkan selamat jalan atau selamat datang, tapi berkomitmen menjadi bagian dari perjalanan ini, menjadi ladang yang subur bagi pertumbuhan iman, dan menjadi komunitas yang menyambut dengan kasih dan penuh pengharapan.
Dari Meriba ke Betlehem, Misi Tuhan Tak Pernah Diam
Perjalanan Pdt. Philipus dari Meriba ke Betlehem, dan Pdt. Leonard ke arah sebaliknya, bukanlah rotasi biasa. Ini adalah buah dari kepercayaan, cinta, dan ketaatan kepada Allah. Mereka meninggalkan tempat lama bukan karena sudah selesai, tapi karena ada misi baru yang menanti.
Dalam pengutusan ini kita belajar, bahwa pelayanan adalah ziarah, bukan karier. Ia dipenuhi peluh, air mata, tetapi juga nyala kasih yang tidak pernah padam.
Pesan Pengutusan
Bagi para pendeta dan jemaat yang terkasih, teruslah melayani dengan setia, bukan karena tempat, tapi karena Tuhan yang memanggil.
Bapa Pdt. Philipus dan Bapa Pdt. Leonard, tuhan su buka jalan baru. Jalani dengan senyum, dengan kasih, dan dengan hati yang terus setia.
“Tetapi dalam semuanya itu kita lebih dari pada orang-orang yang menang, oleh Dia yang telah mengasihi kita.” - Roma 8:37. Amin. -(pr)**
Written by: yakangbloger. Editor: penaRadmin
Shalom, semuanya, Salam Sejahtera. Terima Kasih telah membaca tulisan ini. Silahkan, temukan kami dan dapatkan informasi terubdate lainnya, cukup dengan Klik Mengikuti/follow kami di Google News DISINI. than's. God bless.
© 2025 All Right Reserved - Designed by penarohani
0Comments