Ketika Janji Lama dan Iman Tua Menyala Kembali
Internasional, Pena Rohani - Sinar pagi belum sepenuhnya menyentuh tanah saat suara doa naik dari dua tempat berbeda di bumi. Di Welsh, gema janji setengah abad lalu terdengar lembut namun tegas, sedangkan di Kanada, nyanyian syukur atas satu abad kasih karunia bergema ke langit. Peringatan 50 Tahun Janji Welsh dan 100 Tahun Gereja Kanada menjadi dua momen suci yang menyatukan umat Tuhan dalam rasa syukur dan harapan.
Mereka tidak sekadar memperingati tahun; mereka mengenang komitmen. Mereka tidak hanya merayakan sejarah; mereka menatap masa depan dengan iman yang diperbaharui. Inilah saat ketika puing-puing sejarah dipulihkan menjadi altar harapan bersama.
Apa yang Sebenarnya Terjadi?
Siapa yang Memimpin dan Di Mana Ini Terjadi?
Sebagaimana dilangsir dan diketahui dari laman oikoumene.org (WCC:9/6/2025); Pada tanggal 7 Juni 2025, Pendeta Dr. Susan Durber, Presiden Dewan Gereja Dunia dari Eropa, menyampaikan khotbah dalam kebaktian khusus yang memperingati 50 Tahun Janji Welsh, sebuah perjanjian iman antara lima komunitas gereja. Di sisi lain dunia, tepat di hari Pentakosta, Sekretaris Jenderal WCC, Pendeta Prof. Dr. Jerry Pillay, berdiri di mimbar Gereja Bersatu Gower, Newfoundland, merayakan 100 tahun berdirinya United Church of Canada.
Mengapa Momen Ini Begitu Bermakna?
Durber mengenang perjanjian Welsh tahun 1975 sebagai janji iman yang bergerak antara pengakuan dan niat, lahir dari kerinduan akan wajah Kristus yang lebih nyata dalam hidup bersama. Ia berkata, “Hari jadi adalah cermin yang mengingatkan: siapa kita, apa yang pernah kita janjikan, dan apa yang telah Tuhan lahirkan dari niat itu.”
Sedangkan Pillay, dalam semangat Pentakosta, mengingatkan jemaat tentang keberanian gereja Kanada yang selama satu abad menjadi suara profetik di tengah dunia yang penuh krisis dari konflik geopolitik hingga kerusakan alam. Ia bertanya, “Di manakah harapan kita? Harapan kita tertanam dalam kasih Allah yang nyata dalam Yesus.”
Mengapa Ini Relevan Hari Ini?
Apa Makna Janji di Tengah Dunia yang Retak?
Bagaimana Gereja Bisa Menjadi Harapan Dunia?
Pillay menyuarakan kenyataan pahit zaman ini perang, ketidakadilan, bencana alam, dan ekosida global. Namun, dari realitas gelap itu, ia menarik satu terang: harapan dalam Kristus. Ia menegaskan bahwa komunitas iman yang hidup dalam semangat ekumenis adalah pembawa harapan dan agen rekonsiliasi. “Iman adalah dasar dari harapan kita,” katanya, “dan harapan Kristen adalah kekuatan yang tak terhentikan yang menegakkan keadilan.”
Bagaimana Harapan Itu Dinyatakan?
Harapan, menurut Pillay, bukanlah pengabaian terhadap kenyataan pahit, tetapi sikap spiritual yang lahir dari pengenalan akan kasih dan kuasa Allah sebagaimana dinyatakan dalam kehidupan, kematian, dan kebangkitan Yesus Kristus. Dalam pandangannya, Yesus menjadi pusat spiritualitas Kristen yang mendalam, di mana ketakutan dilawan dengan kasih, dan keputusasaan ditundukkan oleh iman yang aktif.
Pillay menegaskan bahwa Gereja dipanggil untuk menjadi agen pembawa harapan melalui keterlibatan konkret dalam upaya keadilan sosial, perdamaian, dan rekonsiliasi. Gerakan ekumenis, lanjutnya, bukan hanya soal kesatuan antar-denominasi, tetapi sarana untuk transformasi sosial dan spiritual yang menyeluruh. Di sinilah komunitas iman memainkan peranan penting sebagai subjek aktif perubahan, bukan sekadar penonton sejarah.
Bukti nyata dari harapan itu juga ditampilkan dalam tindakan simbolis saat kebaktian: penyerahan Alkitab baru dalam bahasa Mohawk, yang menggantikan Alkitab asli tahun 1925. Alkitab baru ini, hasil terjemahan Harvey “Satewas” Gabriel, menjadi tanda konkrit rekonsiliasi budaya dan penghargaan terhadap warisan rohani masyarakat adat. Momen ini menyiratkan bahwa harapan juga bisa berbicara dalam bahasa lokal, merangkul luka sejarah, dan mengarah pada pemulihan yang sejati.
Pillay mengakhiri seruannya dengan satu keyakinan: iman adalah fondasi harapan yang tak tergoyahkan. Dalam ekspresi Kristen, harapan bukanlah rasa nyaman, melainkan kekuatan yang mendorong gereja untuk berdiri di tengah badai zaman, bersuara bagi yang tertindas, dan berjalan dalam Ziarah Keadilan, Rekonsiliasi, dan Persatuan yang nyata.
Dua Jejak, Satu Roh, Satu Harapan
Peringatan 50 Tahun Janji Welsh dan 100 Tahun Gereja Kanada bukan sekadar penanda waktu, melainkan dua kesaksian hidup dari satu Roh yang tetap bekerja lintas generasi dan batas budaya. Iman yang hidup di tahun 1975 dan 1925 kini bernapas kembali di tahun 2025 dalam semangat yang tak lekang, dalam kasih yang tak luntur, dan dalam harapan yang tak padam.
Seruan Pengutusan:
Source: oikoumene.org (WCC:9/6/2025); Writer: yakangbloger; Editor: penaRadmin.
Shalom, semuanya, Salam Sejahtera. Terima Kasih telah membaca tulisan ini. Silahkan, temukan kami dan dapatkan informasi terubdate lainnya, cukup dengan Klik Mengikuti/follow kami di Google News DISINI. than's. God bless.
© 2025 All Right Reserved - Designed by penarohani
0Comments