Pendahuluan
Warta Jemaat, Pena Rohani - Surat Terbuka dari Kate Victoria untuk Presiden Prabowo - Di tengah hiruk-pikuk demo yang mengguncang DPR Agustus 2025, suara seorang anak pemberani, Kate Victoria, menggema dengan penuh keberanian dan ketegasan. Surat terbuka yang ia sampaikan kepada Presiden Prabowo bukan hanya sekadar protes, tetapi juga seruan hati dari seorang anak yang kehilangan, namun tetap memiliki harapan untuk negeri ini. Kate, dengan segala rasa kecewa dan harapan, menyuarakan perasaan rakyat yang merasa terpinggirkan oleh kebijakan-kebijakan yang tidak adil. Terlebih, pesan ini datang dari seorang anak yang tidak hanya peduli pada nasib bangsanya, tapi juga mewariskan semangat juang ayahnya, Alvin Lim (alm) yang cerdas dan berani. Ikuti dan simak kutipan penuh surat terbuka Kate Victoria yang penuh makna ini dengan sedikit perubahan seperlunya tanpa merubah isi secara keseluruhan, sebagaimana dilangsir dari Youtube "QUOTIENT TV".
Isi Surat Terbuka :
"Halo teman-teman, kembali lagi di QUOTIENT TV bersama saya, Kate Victoria Lim. Ada hal penting yang harus saya bahas mengenai demo yang belakangan ini terjadi. Jadi, tolong simak video ini sampai akhir, karena saya ingin memberikan pendapat saya sebagai warga negara Indonesia.
Sekarang, sebenarnya apa sih yang kita lawan? Apakah kita mau melawan kebijakan DPR, politik, Presiden, atau seluruh jajaran pemerintah? Biarkan saya menyampaikan pendapat saya: yang salah itu bukan aturannya atau kebijakannya, tapi hati manusia yang memegang kekuasaan. Masalah utama bukan di aturan atau kebijakan, tetapi di hati yang tamak akan kekuasaan dan uang.
Dengar dulu ya, kalian sadar enggak sih, siklusnya ini selalu berulang? Mau semua aturan ini dibatalkan, diganti, atau direvisi, nanti akan muncul lagi, terus-menerus. Lihat aja contoh kerusuhan Mei 1998 atau demo Omnibus Law. Waktu itu rakyat sudah demo berhari-hari, banyak yang luka, banyak yang meninggal, bahkan banyak yang hilang. Akhirnya, pemerintah pusing dan revisi aturan tersebut. Kita pikir rakyat menang, tapi kenyataannya siklus ini selalu berulang.
Mau kebijakan dibuat sesempurna apapun, jika yang berada di posisi pemerintahan adalah oknum yang bejat, hidup kita akan tetap sengsara. Kita sudah demo, menyuarakan pendapat dengan penuh perjuangan, bahkan nyawa kita dipertaruhkan. Tapi pada akhirnya, meskipun kebijakan itu dihentikan atau direvisi, apakah itu benar-benar kemenangan kita? Ini seperti game, kita merasa sudah menang di level 3, padahal sebenarnya game-nya belum selesai. Begitu juga dengan perjuangan rakyat. Kita harus terus berjuang melawan oknum penguasa.
Inilah alasan kenapa kita membutuhkan orang di pemerintahan yang bukan hanya mementingkan dirinya sendiri. Kita butuh pemimpin yang peduli, yang sungguh-sungguh mau menjadi wakil rakyat, bukan wakil yang hanya mengejar kekuasaan dan uang. Saya tahu memang sulit mencari orang seperti itu, tapi bukan berarti itu mustahil. Sebenarnya kita hanya butuh satu pemimpin yang peduli.
Tapi, saya tahu nanti banyak orang yang bilang, "Aduh, jangan bawa-bawa pemimpin atau presiden, ini kan protesnya ke DPR, kuasa presiden terbatas." Betul teorinya seperti itu, tapi dalam praktiknya, presiden sebenarnya bisa mencegah kebijakan-kebijakan yang tidak masuk akal. Misalnya, kebijakan kenaikan gaji DPR yang ditandatangani oleh presiden. Jadi, kita berhak protes ke presiden. Jangan bilang beliau enggak bisa apa-apa.
Sekarang kita lihat tanggapan pemerintah tentang demo ini. Ketua DPR, Puan Maharani, mengatakan bahwa mereka akan tetap menampung semua aspirasi dari rakyat. Begitu juga Menteri SDM yang bilang enggak tahu ada demo, katanya dia rapat seharian dan tidak mengikuti informasi. Kok bisa orang seperti ini terpilih jadi menteri?
Lalu, Presiden Prabowo Subianto menyampaikan bahwa pemerintah tidak pernah melarang unjuk rasa, tapi masyarakat juga diharapkan tidak mudah terprovokasi oleh kabar bohong. Namun, tidak ada solusi konkret dari pemerintah. Apa yang sebenarnya kita harapkan?
Sekarang kita kembali ke akar masalahnya. Rakyat berhadapan dengan DPR, polisi, dan pemerintah. Kita lihat bagaimana kerusuhan demo Omnibus Law, yang berakhir dengan kekerasan dan perusakan fasilitas. Dan situasi ini terus berulang. Penyebabnya sama: oknum aparat yang hanya mementingkan kekuasaan dan uang. Mereka tidak peduli dengan rakyat.
Meski begitu, saya yakin tuntutan rakyat akan didengar. Pemerintah pasti akan bertindak karena situasi sudah semakin kacau. Namun, kita masih belum menang, karena oknum penguasa akan terus mencari cara untuk menguntungkan diri mereka sendiri.
Jadi, apa solusinya? Saya sebagai warga negara memberikan surat terbuka untuk Bapak Presiden, Pak Prabowo Subianto. Saya tahu Bapak tidak bisa mengatasi semua hal dan ada tuntutan rakyat yang tidak masuk akal. Tapi tetap saja, negara ini membutuhkan reformasi. Negara kita sudah lama berduka dengan ketidakadilan hukum. Saya pribadi pernah menjadi korban, namun saya tetap berjuang. Saya percaya, "No viral, no justice."
Saya tahu banyak orang berpendidikan yang mengatakan, "Kamu enggak bisa berharap pada presiden." Tapi menurut saya, itu salah. Lihat saja Pak Tom Lemong yang mendapat abolisi dari Presiden. Jadi saya percaya jika Bapak Presiden mau bertindak, beliau bisa memperbaiki negara ini.
Saya ingin bertanya pada Bapak Presiden, Pak Prabowo, apakah Bapak hanya menginginkan posisi dan kekuasaan demi kepentingan pribadi, atau Bapak benar-benar peduli dengan negara ini? Jawaban Bapak akan terlihat dari tindakan yang Bapak ambil.
Saya meminta perbaikan, bukan dengan membubarkan lembaga-lembaga yang ada, melainkan dengan mengisinya dengan orang-orang yang benar. Sistemnya sudah bagus, tapi kita butuh orang yang mementingkan rakyat dan negara. Bapak memiliki kekuasaan untuk memilih orang yang benar-benar peduli. Jadi, jika Bapak tidak bertindak sekarang, sampai kapan siklus yang sama akan berulang?
Saya percaya, dengan bersatu, rakyat bisa menang melawan oknum pemerintah yang bejat. Tapi, berapa banyak korban jiwa yang harus ditumpahkan dulu? Saya ingin mengingatkan bahwa kita semua bisa menjadi korban. Jangan sampai kita terpecah belah. Mari kita terus bersuara sesuai dengan tujuan kita: untuk kebaikan bangsa ini.
Saya berharap pemerintah dapat memperbaiki ketidakadilan yang ada, dan kita semua harus terus peduli. Tidak ada yang bisa tahu kapan kita bisa menjadi korban dari ketidakadilan ini. Teruslah bersuara, teman-teman. Semangat untuk yang berdemo, sampaikan aspirasi kalian dengan damai dan tertib. Kita butuh perubahan nyata untuk negara ini.
Terima kasih sudah menyimak, semoga Tuhan menolong negara ini. No viral, no justice."
Kesimpulan
Sebagai kesimpulan, surat terbuka Kate Victoria bukan hanya menggambarkan ketidakpuasan terhadap kebijakan yang ada, tetapi juga menggambarkan harapan dan dorongan untuk perubahan yang lebih baik. Di balik setiap kalimat, ada keresahan yang mendalam, namun juga keyakinan bahwa perubahan sejati dimulai dari tindakan nyata dan niat tulus. Surat ini mengajak kita semua untuk merenung, untuk tidak hanya menjadi penonton, tetapi juga agen perubahan dalam memperbaiki nasib bangsa ini. Semoga, kata-kata Kate menjadi suara yang menggugah hati kita semua.
Pesan Pengutusan dan Penutup
”Hai manusia, telah diberitahukan kepadamu apa yang baik. Dan apakah yang dituntut TUHAN dari padamu: selain berlaku adil, mencintai kesetiaan, dan hidup dengan rendah hati di hadapan Allahmu?”
Mari kita terus berjuang dengan hati yang penuh kasih, untuk negara ini dan untuk generasi yang akan datang. (pr)**
Source: YouTube "QUOTIENT TV"; Writer: penarohani; Editor: penaRadmin
Shalom, semuanya, Salam Sejahtera. Terima Kasih telah membaca tulisan ini. Silahkan, temukan kami dan dapatkan informasi terubdate lainnya, cukup dengan Klik Mengikuti/follow kami di Google News DISINI. than's. God bless.
© 2025 All Right Reserved - Designed by penarohani
0Comments