Lawan TPPO! GMIT & BP3MI NTT Bersatu Lindungi Migran Flores

BP3MI NTT Bersatu Lindungi Migran Flores

Flores, Pena Rohani - BP3MI NTT Bersatu Lindungi Migran Flores - Angin pagi di Flores membawa aroma garam laut dan doa-doa umat, serta berita baik yang menjanjikan keselamatan dan harapan. Gereja Masehi Injili di Timor (GMIT) dan Balai Pelayanan Pelindungan Pekerja Migran Indonesia (BP3MI) di Nusa Tenggara Timur tampil bersatu hati di tengah gelombang zaman yang menggoda banyak orang untuk merantau. Partnership yang menggugah nurani: BP3MI NTT bersatu untuk melindungi migran Flores adalah gerakan keyakinan yang nyata.

Apa yang Terjadi?

Dua Titik Sosialisasi, Satu Tekad Pelindungan

Sebagaimana diketahui dan dilangsir dari laman berita sinodegmit.or.id (17/5/2025). Gema perlindungan dan keadilan terdengar di dua lokasi strategis pada 13 dan 15 Mei 2025: Jemaat Gunung Zalmon di Labuan Bajo (Klasis Flores Barat) dan Jemaat Syalom Ende di Lembata (Klasis Flores). Di sana, dengan semangat pelayanan yang tak kenal lelah, sosialisasi "Perlindungan, Pencegahan TPPO, dan Perlindungan Pekerja Migran" diadakan.

Mereka yang berpartisipasi mencakup lebih dari seratus pendeta dan anggota majelis jemaat dari gereja. Mereka bukan sekadar peserta; mereka adalah duta harapan, pelindung mereka yang seringkali tidak membawa cukup informasi.

Siapa yang Terlibat?

Menenun Perlindungan Bersama

Dua lembaga yang berbeda, satu yang berfokus pada pelayanan. Melalui Badan Keadilan dan Perdamaian (BKP), Pdt. Hendriana Taka Logo dan Pnt. Fredom Radja, GMIT mengadakan diskusi menyeluruh tentang keamanan dan fungsi strategis gereja dalam menjamin ruang pelayanan yang aman. Dalam waktu yang sama, Suratmi Hamida dan Lukas Doni Pura dari BP3MI NTT membahas modus operandi, risiko, dan strategi untuk mencegah Tindak Pidana Perdagangan Orang (TPPO) di daerah yang rentan seperti Flores.

Mengapa Ini Penting?

Mobilitas Tinggi, Risiko Tinggi

Pdt. Imanuel Talan, ketua Majelis Klasis Flores–Lembata, menyampaikan fakta yang sederhana tetapi menarik: setiap kabupaten di wilayahnya memiliki bandara dan pelabuhan yang aktif. Apa artinya? Sangat banyak orang yang meninggalkan pulau. Ketika mobilitas meningkat tanpa kesadaran dan pengetahuan yang cukup, janji pekerjaan palsu menjadi penghalang TPPO.

Kampanye perlindungan ini berfokus pada kasih sayang yang nyata, bukan hanya prosedur. "Bagaimana kita, sebagai gereja, melindungi martabat manusia dari kekerasan yang tak terlihat?" tanya Pdt. Talan dengan nada yang penuh keprihatinan tetapi tetap optimis.

Apa yang Disampaikan?

Materi Padat, Hati Tergerak

Para peserta dibekali materi penting tentang:

• Prinsip dasar safeguarding dalam pelayanan gereja

• Fungsi dan kerja nyata BKP Sinode GMIT

• Strategi pencegahan TPPO dan perlindungan pekerja migran

Ini bukan sekadar transfer pengetahuan. Ini adalah momen perubahan paradigma: dari acuh menjadi peduli, dari diam menjadi bersuara.

Bagaimana Harapan Itu Dibangun?

Dari Mimbar ke Pelabuhan, Dari Doa ke Aksi

Gereja tidak tinggal diam, seperti yang ditunjukkan oleh partisipasi aktif para tokoh agama. Mimbar komunitas ini tidak hanya digunakan untuk mewartakan Injil, tetapi juga digunakan untuk meningkatkan nilai kemanusiaan. Mereka berkomitmen menjadi pelindung secara sosial, hukum, dan spiritual.

Dengan meningkatnya kesadaran, komunitas jemaat didorong untuk mengajar sesama, membangun jejaring perlindungan, dan menjadi telinga dan mata bagi orang-orang yang rentan.

Ke Mana Arah Langkah Selanjutnya?

Mewujudkan Gereja sebagai Rumah Aman

Kerja sama BP3MI NTT dan GMIT menunjukkan bahwa pelayanan harus mencapai dermaga keberangkatan dan bukan hanya di altar. Mereka menumbuhkan kesadaran dan keyakinan bahwa setiap pekerja migran berhak atas keamanan, penghargaan, dan kepulangan yang aman ke rumah.

Saatnya Gereja Berdiri di Garis Depan

source: sinodegmit.or.id (17/5/2025) ;  writer: yakang bloger, editor: penaRadmin