Notification

×

Kategori Berita

Cari Berita

Iklan

Iklan

Tema GMIT Bulan Kebangsaan: Panggilan Iman Untuk Mensejahterakan Bangsa (Yeremia 29: 1-7)

08 August 2021 | Sunday, August 08, 2021 WIB | 0 Views Last Updated 2022-03-25T03:51:48Z

 

Panggilan Iman Untuk Mensejahterakan Bangsa (Yeremia 29: 1-7)

Panggilan Iman Untuk Mensejahterakan Bangsa. Bertolak dari tema yang diangkat oleh Gereja Masehi Injili Di Timor (GMIT) pada bulan Kebangsaan, saya rasa ini merupakan tugas kita semua sebagai warga Negara yang beriman kepada Tuhan. Konsep wawasan nasional ini jelas menunjukkan, konsep sebagai perspektif berdasarkan kesadaran diri, sebagai warga negara dari suatu negara sendiri dan sekitarnya dalam kehidupan bangsa dan Negara, keduanya lahir dan internal, semua bersatu dalam serangkaian bebrbangsa dan bernegara.


Mengubah kedaan krisis menjadi berkat


Panggilan Iman Untuk Mensejahterakan Bangsa (Yeremia 29: 1-7)

Kota Dubai di Uni Emirat Arab sekarang dikenal sebagai tujuan wisata modern yang merupakan permintaan di seluruh dunia. Mereka berhasil mengubah situasi gurun menjadi bermanfaat dari ketersediaan minyak yang dahulu masih menipis. Mereka bisa mengubah keadaan krisis menjadi keadaan membawa berkat. Kita juga dapat mempelajari banyak hal soal kesuksesan, bahwa mereka didorong untuk berhasil karena kepahitan hidup yang mereka alami. 


Tonton Video Renungan "Panggilan Iman Untuk Mensejahterakan Bangsa"


Dari sana, kita belajar bahwa tidak ada keputusasaan, bahkan jika kita dihadapkan dengan perjuangan berat. Jika kita mau, perjuangan dan kesulitan yang kita hadapi dapat digunakan sebagai kebaikan dalam hidup kita. seperti pepatah lama yang mengatakan, ‘tiada ada rotan, akar pun jadi’ (jika barang tidak ada di sana, orang miskin juga dapat digunakan). Jadi tidak ada kata yang ditinggalkan, harapan yang hilang, nasib yang malang, keputusasaan. Akan selalu ada cara jika kita mau. Jangan biarkan semua situasi menggorgoti hidup kita, jangan biarkan kesulitan dan masalah yang kita hadapi hanya meracuni kita, itu mungkin seperti jalan dan cara Allah untuk mengangkat kita dalam kehidupan yang lebih baik. Jika kita dapat memahami kesulitan yang kita hadapi dalam iman, maka dalam masalah ini kita dapat melihat bahwa ada kebaikan yang akan diberikan Tuhan, tetapi jika kita krisis itu dengan putus asa, kita dapat berasumsi bahwa Allah tidak adil, Tuhan tidak baik, baik kita bisa saja berasumsi lebih bahwa Tuhan tidak baik untuk kita.


Surat Nabi Yeremia


Panggilan Iman Untuk Mensejahterakan Bangsa (Yeremia 29: 1-7)

Mirip dengan orang-orang Yahudi yang dibuang ke Babel. Nabi Yeremia kemudian membuat surat kepada jemaat di dalam pembuangan itu, agar mereka bisa memahami situasi yang mereka hadapi dengan jelas secara iman. Mereka dapat menikmati situasi sulit untuk mengatasi hidup mereka. Dalam suratnya, Yeremia mengingatkan bahwa mereka tidak boleh ada pemikiran dilemparkan ke Babel itu, merasa paling berdosa daripada mereka yang tinggal di Babel. Namun Yeremia sebenarnya ingat bahwa mereka yang terbuang sia-sia di Babel adalah orang-orang penting di suatu negara. Mereka diambil dan dipindahkan, sehingga kota mereka tidak dapat lagi dibangun karena semua orang penting, pandai besi, pandai besi dan karyawan istana terbuang di Babel.

Nabi Yeremia menyadari bahwa bahkan apabila Tuhan memukuli mereka karena dosa yang telah mereka lakukan untuk mereka hadapi situasi yang sulit, justru disitu Tuhan tidak ingin menghancurkan mereka, tetapi Tuhan memiliki rencana yang indah untuk mereka.


Umat Allah tidak boleh putus asa


Panggilan Iman Untuk Mensejahterakan Bangsa (Yeremia 29: 1-7)

Jadi, setiap umat Allah tidak boleh putus asa dalam menghadapi persoalan hidup. Namun yang paling penting adalah memanfaatkan krisis atau kesulitan, untuk menemukan potensi dan kreativitas diri. Dalam kesulitan mereka sebagai orang buangan di negeri orang. Tuhan memberi tahu mereka bahwa sebenarnya mereka memiliki potensi yang dapat dimanfaatkan dan dimaksimalkan untuk membangun kehidupan yang baik.

Situasi yang sulit yang mereka hadapi adalah kesempatan yang baik untuk mulai memperbaiki kehidupan spiritual mereka dan memperkuat kehidupan yang lebih baik. Bahkan jika mereka dihilangkan. Tuhan memerintahkan mereka untuk membangun hidup tanpa kehilangan identitas mereka sebagai umat Allah. Bahkan jika mereka berada di Babel, Tuhan akan selalu memberi hidup dan kepastian bagi umat-Nya. Dan Tuhan memberi tahu mereka untuk berpartisipasi dalam mencari kesejahteraan di mana mereka dilemparkan dan juga berdoa untuk itu. Karena kesejahteraan di mana mereka hidup juga merupakan kesejahteraan dalam hidup mereka.


Tetap percaya padaTuhan


Panggilan Iman Untuk Mensejahterakan Bangsa (Yeremia 29: 1-7)

Di sini kita dapat melihat bahwa hidup tidak putus asa, merupakan tugas kita dalam menghadapi kesulitan yang kita hadapi, kita harus tetap percaya bahwa Tuhan dapat menggunakan apa pun untuk kebaikan kita. Tuhan telah merancang segalanya untuk kebaikan kita. Jika kita menyadarinya dan jika kita dan kita ingin tunduk pada konsepsi Allah, kita akan melihat rancangannya yang luar biasa. Kehebatan Allah yang luar biasa dari krisis yang kita hadapi. Dalam kitab Yesaya 55 ayat 8 sampai 9, Firman Tuhan berkata – ‘Sebab rancangan-Ku bukanlah rancanganmu, dan jalanmu bukanlah jalan-Ku, demikianlah firman TUHAN. Seperti tingginya langit dari bumi, demikianlah tingginya jalan-Ku dari jalanmu dan rancangan-Ku dari rancanganmu’.


 Ada beberapa hal terkait Tema : Panggilan Iman Untuk Mensejahterakan Bangsa


Panggilan Iman Untuk Mensejahterakan Bangsa (Yeremia 29: 1-7)

1. Melalui suratnya, Nabi Yeremia menasehati semua orang dari umat Israel yang sedang berada di Babel untuk menjalani kehidupan secara wajar dan aktif membangun kesejahteraan daerah dimana mereka ada. Ada dua keyakinan dengai prinsip yang mandasari keterlibatan aktif mereka. Pertama, Tuhan yang menempatkan/memposisikan mereka di kota (negeri asing) yang sedang mereka tempati. Kedua, Tuhan menghendaki mereka sejahtera di kota itu.

2. Status sosial, derajat ekonomi, pilihan politik, dst, bukanlah alasan untuk kita berpangku tangan terhadap tanggung jawab hidup secara wajar dan ikut membangun kesejahteraan bersama masyarakat setempat.

3. Ada dua ragam panggilan iman untuk terlibat aktif dalam upaya membangun masyarakat: pertama, terbuka untuk menerima dan bekerjasama dalam perbedaan sebagai kesempatan yang dianugerahkan Tuhan. Kedua, ikhlas melakukan karya terbaik yang berdampak bagi semua orang dan semua ciptaan. (*admin). 

TUTUP IKLAN
TUTUP IKLAN
×
Berita Terbaru Update