TUA6BSG5BUA5BUA5TfGpGpdoTd==
Light Dark
Kasih yang Memulihkan Relasi | Yohanis 21:15-19 | Refleksi Minggu ke VI Paskah

Kasih yang Memulihkan Relasi | Yohanis 21:15-19 | Refleksi Minggu ke VI Paskah

Refleksi Kristen dari Yohanes 21:15–19 tentang kasih Yesus yang memulihkan relasi, membangun budaya pengampunan di Minggu Paskah VI.
Table of contents
×
Daftar Isi [Tampil]

 

Kasih yang Memulihkan Relasi | Yohanis 21:15-19 | Refleksi Minggu ke VI Paskah

Refleksi Minggu Paskah VI – Bulan Budaya

Bacaan: Yohanes 21:15–19

Kasih yang Memulihkan Relasi - Saat Yesus Pulihkan Hati yang Pernah Patah

Pena Rohani - Saudara-saudari yang dikasihi Tuhan, Beta ajak semua untuk tenang sejenak, ambil napas dalam-dalam, dan bayangkan ini:
Pagi-pagi sekali di tepi danau, embun masih segar, api unggun kecil masih mengepul, dan aroma ikan bakar menguar. Di situ, Yesus berdiri, menanti seorang sahabat yang dulu menyangkal-Nya tiga kali. Tapi kali ini, bukan amarah yang Ia bawa, melainkan satu hal saja: kasih yang memulihkan relasi.

Inilah kisah kasih agape yang nyata Renungan Yohanes 21:15-19 jadi jendela kita hari ini untuk merenung di Kebaktian Minggu Paskah VI dalam semangat Bulan Budaya. Sebab budaya kasih bukan hanya tentang tradisi, tapi tentang relasi antara manusia dengan Allah, dan sesama.

Mari kita duduk tenang, simak dengan hati. Karena barangkali, kita semua pernah jadi Petrus: gagal, jatuh, dan butuh dipulihkan.

Dialog Pemulihan di Tepi Danau

Petrus, Ikan, dan Sebuah Pagi yang Baru

Setelah kebangkitan, Yesus tidak langsung naik ke surga. Ia kembali bukan untuk menuntut, tapi untuk menjemput mereka yang sempat pergi. Termasuk Petrus, yang mungkin sedang dihantui rasa bersalah setelah tiga kali menyangkal Dia.

Yohanes 21 membawa kita ke sebuah adegan sederhana namun sarat makna: makan pagi bersama Yesus. Bayangkan suasananya seperti kita makan jagung bose dan ikan kuah kuning bersama keluarga besar saat liburan budaya hangat, penuh cerita, dan diam-diam menyembuhkan luka.

Dan di tengah momen itu, Yesus bertanya:

"Simon, anak Yohanes, apakah engkau mengasihi Aku lebih dari mereka ini?"

Pertanyaan ini diulang tiga kali. Bukan karena Yesus tidak tahu jawabannya, tapi karena Ia ingin menyembuhkan tiga kali penyangkalan dengan tiga kali kasih. Ini bukan interogasi, tapi rekonstruksi hati yang hancur. Ini adalah dialog Petrus Yesus Yohanes 21 yang menyentuh relung terdalam relasi.

Dari Penyangkal Jadi Penggembala

Setelah setiap jawaban, Yesus berkata:

“Gembalakan domba-domba-Ku.”

Kalimat ini tidak hanya sebagai amanat tugas, tapi juga sebagai tanda pemulihan dan kepercayaan. Dulu Petrus menyangkal. Sekarang Petrus dipercayakan.

Ini kasih yang tidak hanya mengampuni, tapi memulihkan. Ini kasih agape yang memulihkan diri, bukan cuma menutup luka, tapi merajut kembali kain relasi yang sempat koyak.

Kasih Kristen Itu Memulihkan, Bukan Menghukum

Kasih yang Memulihkan Relasi | Yohanis 21:15-19 | Refleksi Minggu ke VI Paskah

Kita Semua Pernah Jadi Petrus

Berapa kali kita gagal? Berapa kali kita mundur dari panggilan karena merasa tidak layak? Mungkin seperti Petrus, kita juga pernah menyangkal kasih-Nya dalam tindakan, pilihan, atau bahkan dalam diam.

Namun kabar baiknya adalah: kasih yang memulihkan relasi itu tetap mencari. Tuhan tidak menunggu kita suci untuk dipakai. Dia datang di pagi yang biasa, dalam hidup yang tampaknya datar, dan berkata: “Apakah engkau mengasihi Aku?”

Ilustrasi Kekinian: Chat yang Sonde Direspons (Tapi Kasih Masih Ada)

Sekarang coba bayangkan begini saudaraku,.Lu ada kirim pesan WA (WhatsApp) ke teman dekat. Mungkin kau tanya kabar, mungkin kamu minta maaf, atau kau cuma mau bilang rindu. Tapi hari berganti minggu, dan minggu berganti bulan, balasan sonde pernah datang. Lu tunggu-tunggu, refresh HP tiap jam, tapi tetap: centang dua biru, tapi sonde ada kata-kata masuk.

Kasih yang Memulihkan Relasi | Yohanis 21:15-19 | Refleksi Minggu ke VI Paskah

Perasaan bagaimana? Kecewa kah? Rasa ditolak? Marah dalam diam?

Itu beta rasa banyak dari kita pernah alami. Di zaman sekarang, relasi kita banyak hidup lewat layar. Dan kadang, diam itu jadi cara paling menyakitkan untuk ditolak. Tapi coba bayangkan, di tengah situasi seperti itu, teman yang kau tunggu itu, tiba-tiba ajak kamu makan. Dia senyum, tanya kabar, dan bukannya bahas soal pesan yang kamu kirim, dia langsung bilang:
"Ko masih sayang beta kah?"

Lho, beta heran. Bukannya dia harus minta maaf dulu kah? Bukannya dia harus jelaskan dulu kenapa lama sonde balas? Tapi ternyata, dia datang bukan untuk debat masa lalu. Dia datang bawa kasih, bawa ruang untuk hubungan dibangun ulang.

Itulah yang Yesus buat ke Petrus.

Yesus tahu betul Petrus sudah bikin salah besar sampai menyangkal tiga kali di saat genting. Tapi Yesus sonde datang dengan daftar tuduhan. Dia datang bawa roti dan ikan, bawa api unggun dan suasana hangat, lalu dengan lembut tanya:

“Simon, anak Yohanes, apakah engkau mengasihi Aku?”

Yesus sonde bilang:
"Kenapa lu pigi tinggalku waktu beta disalib?"
"Lu bilang mo mati sama beta, tapi akhirnya lu lari."
Tidak. Sonde begitu cara Yesus menyapa.

Yesus tahu, kalau kasih masih ada, maka relasi bisa dibangun ulang. Luka bisa dipulihkan. Dan masa depan bisa dijahit dari serpihan masa lalu.

Pelajaran dari Ilustrasi Ini

Kadang kita berpikir, sebelum kasih itu muncul kembali, semua masalah harus dibahas dan diselesaikan dulu. Tapi Yesus ajar kita beda.

Beta mau bilang jujur:
Kadang, kasih yang memulihkan relasi itu sonde perlu penjelasan panjang-panjang. Kasih cuma butuh kehadiran. Butuh niat untuk mulai lagi.

Yesus tahu Petrus menyesal. Tapi Yesus sonde biarkan rasa bersalah itu jadi penghalang untuk pemulihan. Dia datang duluan. Dia sediakan api unggun. Dia sediakan makanan. Dan Dia buka pintu untuk dialog kasih.

Beta pikir ini penting sekali untuk kehidupan kita sekarang. Baik itu dalam rumah tangga, pertemanan, relasi pelayanan, bahkan di dalam gereja. Kadang beta dan lu juga saling tunggu. Tunggu yang satu minta maaf dulu. Tunggu yang lain sadar salahnya. Tapi bagaimana kalau dua-duanya tunggu? Maka relasi itu tinggal dalam kebekuan.

Yesus ajar:
Jangan tunggu. Datang duluan. Bawa kasih. Mulai dengan tanya sederhana:
"Lu masih sayang beta kah?"

Kalau Yesus bisa sapa Petrus seperti itu, berarti beta dan lu pun bisa belajar sapa orang lain dengan kasih yang sama. Bukan kasih yang menuntut. Tapi kasih yang membuka ruang untuk relasi dipulihkan.

Dan siapa tahu, dari chat yang sonde sempat dibalas itu, akan lahir kembali hubungan yang penuh kasih, saling percaya, dan saling dukung asal kita berani buka pintu dulu, seperti Yesus buka pintu untuk Petrus.

Budaya Kasih adalah Budaya Kerja Sama dan Pemulihan

Refleksi Paskah Bulan Budaya

Kasih yang Memulihkan Relasi | Yohanis 21:15-19 | Refleksi Minggu ke VI Paskah

Bulan Budaya di gereja bukan hanya soal pakai baju adat dan makan-makan tradisi. Ini soal bagaimana kita hargai satu sama lain, bangun komunitas yang saling menyembuhkan, bukan saling menyudutkan.

Ketika Yesus berkata, “Gembalakan domba-domba-Ku,” itu bukan tugas eksklusif untuk pendeta atau penatua. Itu adalah panggilan untuk semua yang pernah mengalami kasih Kristus. Semua yang pernah disembuhkan harus siap menyembuhkan. Semua yang pernah dipulihkan, harus siap membangun kembali.

Kita diajak hidup dalam teladan kasih Kristus membangun relasi di rumah, di gereja, di tempat kerja, bahkan di media sosial.

Makna Kasih Kristen dalam Relasi Sehari-hari

Kasih Bukan Sekadar Perasaan, Tapi Tindakan

Dalam budaya kasih, kita tidak bisa hanya bicara soal cinta tanpa aksi. Kasih itu:

  • Menyapa orang yang menjauh

  • Mengampuni yang menyakiti

  • Memberi ruang pada yang pernah gagal

  • Mengangkat yang jatuh, bukan menjatuhkan lagi

Itulah pemulihan hubungan Kristen yang Yesus tunjukkan. Itulah kasih yang membawa perubahan sejati.

Dari Gagal Menjadi Gembala

Petrus bukan lagi sekadar murid, dia jadi gembala. Dari orang yang lari, dia jadi pemimpin. Dari yang menyangkal, jadi saksi.

Itulah kekuatan kasih Kristus. Bukan kasih yang menuduh, tapi kasih yang mempercayai ulang. Bukan kasih yang menghukum, tapi kasih yang mengutus.

Gembalakan, Jangan Hakimi

Kasih yang Memulihkan Relasi | Yohanis 21:15-19 | Refleksi Minggu ke VI Paskah

Saudara-saudari,
Mungkin hari ini kita datang ke gereja dengan hati yang belum pulih. Tapi ingatlah, kasih-Nya tidak pernah surut. Di tepi danau hati kita, Yesus masih berdiri, dengan bara api kasih yang hangat, memanggil kita kembali.

"Apakah engkau mengasihi Aku?"
Maka Ia berkata: “Gembalakan domba-domba-Ku.”

Ini bukan sekadar kisah Petrus, ini juga kisah kita. Mari kita sambut panggilan kasih ini, bangun budaya pemulihan, dan jadi agen kasih dalam dunia yang penuh luka.

Kesimpulan & Pesan Pengutusan

  • Kasih yang memulihkan relasi adalah kasih Yesus yang tidak pernah menyerah pada kita.

  • Dalam Renungan Yohanes 21:15-19, kita temukan bahwa kasih sejati bukan hanya memaafkan, tapi mengutus.

  • Mari jadi gereja yang bukan cuma ramai di liturgi, tapi juga kuat di relasi.

  • Di Kebaktian Minggu Paskah VI, mari hayati bahwa budaya kasih adalah identitas kekristenan sejati.

  • Jangan tunggu sempurna baru melayani. Seperti Petrus, kita dipanggil dalam ketidaksempurnaan, untuk membawa pemulihan.

Ayat Penguatan

“Demikianlah tinggal ketiga hal ini, yaitu iman, pengharapan dan kasih, dan yang paling besar di antaranya ialah kasih.”

Selamat Minggu Paskah ke VI.
Mari terus hidup dalam kasih yang memulihkan relasi, dan jadi pembawa damai dalam budaya kasih yang Kristus teladankan. Tuhan memberkati. - (pr)**

Pelengkap Refleksi, Tonton Videonya : 


Sumber Nas: Yohanis 21:15-19;  writer: y.lomang,pengaj. editor: penaRadmin/pr

Shalom, semuanya, Salam Sejahtera. Terima Kasih telah membaca tulisan ini. Silahkan, temukan kami dan dapatkan informasi terubdate lainnya, cukup dengan Klik Mengikuti/follow kami di Google News DISINI. than's. God bless. 

© 2025 All Right Reserved - Designed by penarohani   

0Comments