Siapa Paus Fransiskus dalam Renungan Dunia?
Sosok yang Meruntuhkan Dinding, Menjadi Jembatan
Tidak hanya itu, ekumenisme menjadi bagian integral dari semangat pelayanannya. Dalam seremoni, ia berdiri bersama para pemimpin Gereja Ortodoks, Anglikan, dan Protestan dalam komitmen untuk rekonsiliasi dan keadilan. Dengan kehadiran yang rendah hati dan karismatik, ia menegaskan bahwa persatuan tidak berarti seragam dan bahwa keberagaman bukan ancaman bagi kebenaran.
Pendekatan yang diambil Paus Fransiskus sering kali mendapat pujian dan kritik pada saat yang sama. Sebagian orang menganggapnya terlalu progresif, sementara orang lain melihatnya sebagai pembaharu Injil di era kontemporer. Namun, satu hal pasti: ia telah membuat gereja kembali relevan di tengah dunia yang sering kehilangan arah.
Meskipun ia tidak memberikan semua jawaban, ia memberikan kesempatan untuk pertanyaan yang tulus dan percakapan yang tulus. Di tengah era di mana konflik sudah menjadi kebiasaan, Paus Fransiskus memilih untuk menjadi jembatan dan mengajak kita semua untuk berjalan di atasnya.
Apa yang Membuatnya Istimewa?
Ketulusan yang Tak Dapat Dibantah
Dalam cara Paus menyapa, menyimak, dan mencintai, kata kardinal Re, ada ketulusan yang tidak dapat dimanipulasi. Semangatnya untuk memberkati dunia pada Minggu Paskah terakhirnya tetap hidup bahkan ketika dia semakin tua.
Tak mengherankan jika orang bertepuk tangan sepanjang misa pemakaman bukan karena formalitas, tetapi karena rasa terima kasih yang tulus.
Kapan Pelayanannya Menjadi Terang yang Menyinari Pinggiran Dunia?
Sejak Awal hingga Akhir, Ia Memihak Mereka yang Terlupakan
Paus Fransiskus tidak pernah memilih tempat yang terlalu megah untuk melayani, mulai dari kunjungannya ke Pulau Lampedusa, yang merupakan gerbang bagi pengungsi, hingga kamp-kamp di Lesbos dan di perbatasan Meksiko-Amerika. Ia telah memilih debu, luka, dan air mata manusia untuk menjadi ladangnya.
Ia menjadi gambaran nyata dari Yesus yang turun ke jalan-jalan kota dan desa untuk menyapa yang diabaikan dan merangkul yang disingkirkan bagi orang Kristen yang mencari teladan pelayanan.
Di Mana Ia Meninggalkan Jejak Terindahnya?
Pada Hati Manusia dan Setiap Gerakan Dialog
Jejaknya bukan hanya dokumen; itu adalah percakapan antara agama yang dia rangkai dengan keberanian dan kasih sayang. Paus Fransiskus menyebarkan Injil sebagai benih perdamaian di seluruh dunia, dari Irak hingga Uni Emirat Arab, dari gereja ke masjid, dari altar ke jalanan.
Ia membawa hati yang memahami keberagaman sebagai bagian dari rencana kasih Allah, bukan pedang dogma.
Mengapa Dunia Menangis Namun Juga Bersyukur?
Karena Ia Adalah Suara Kenabian Zaman Ini
Bagaimana Kita Melanjutkan Jejaknya?
Dari Basilika ke Jalan-Jalan Hidup Kita
Saat peti jenazahnya dibawa ke Basilika St. Mary Major, orang-orang yang menyambutnya bukanlah pejabat tinggi, tetapi migran, tunawisma, dan orang-orang yang telah terpinggirkan selama ini. Bukankah itu penghargaan tertinggi yang dapat diterima seorang pelayan sejati?
Ia meminta makam yang sederhana dari batu yang menjadi dasar keluarganya, tetapi warisannya kemurahan hati, keberanian, dan cinta tanpa batas akan tetap hidup dalam setiap orang yang benar-benar menghidupkan Injil dalam kehidupan mereka.
Warisan yang Bukan untuk Disimpan, Tapi Dilanjutkan
Paus Fransiskus bukan hanya seorang pemimpin agama; ia juga adalah penyair kasih yang sering kehilangan nadanya di dunia ini. Bukan dengan kata-kata, ia menulis sajak Injil.
Saat hari kembali menyapa dan harapan menyeruak di balik awan, kita dipanggil untuk tidak hanya mengenang tetapi juga meneruskan. Menjadi saksi, pelaku, dan murid.
Jadilah jujur. Mengambil orang-orang yang tidak digunakan. Injil harus disampaikan di jalan-jalan, bukan hanya di mimbar.
“Dan Raja itu akan menjawab mereka: Aku berkata kepadamu, sesungguhnya segala sesuatu yang kamu lakukan untuk salah seorang dari saudara-Ku yang paling hina ini, kamu telah melakukannya untuk Aku.” - Matius 25:40 - (pr)**
source: oikoumene.org (wcc/28/4/2025); writer/editor: penaRadmin
© 2025 All Right Reserved - Designed by penarohani
0Comments