Menapaki Jejak Kudus dalam Arus Zaman
Internasional, Pena Rohani - Warisan Iman di Tengah Badai Dunia adalah warisan yang abadi di dunia yang terus berubah, di tengah gempuran zaman yang semakin tidak bersahabat. Iman yang diwariskan oleh para leluhur rohani kita tetap menyala dan menjadi mercusuar harapan bagi umat Kristen di seluruh dunia, seperti pelita kecil yang menari di tengah badai.
Sebagaimana dilangsir dari laman wcc/21/5/2025. Para pemimpin gereja, teolog, dan aktivis dari berbagai bangsa berkumpul di Athena pada 20 Mei untuk konferensi yang memperingati satu abad "Kehidupan dan Karya" bukan hanya untuk mengingat sejarah, tetapi juga untuk menyelaminya. Mereka tidak datang dengan tangan kosong; sebaliknya, mereka datang dengan pertanyaan-pertanyaan penting dan pikiran tajam untuk menggunakan kebijaksanaan masa lalu untuk menerangi masa depan gereja.
Apa yang Terjadi?
Jembatan Teologi yang Tak Pernah Putus
“Para delegasi gereja bertemu atas undangan Kaisar Konstantinus,” katanya, “agar kesatuan antara gereja dan kekaisaran tidak karam di tengah riak-riak perbedaan.”
Sampai hari ini, dari kota-kota besar hingga sudut-sudut desa, dari basilika megah hingga ruang ibadah sederhana, Pengakuan Iman Nicea-Konstantinopel terus diucapkan, kadang-kadang dengan iringan organ, kadang-kadang dengan musik rock, tetapi semuanya dengan semangat yang sama: iman yang hidup dan menyatukan.
Siapa Saja yang Terlibat?
Mereka yang Menjaga Bara di Tengah Abu
Tidak hanya Dimitra, tetapi juga para pembicara lainnya membawa suara kuno dari era ini. Menurut HE Metropolitan Job dari Pisidia, wakil moderator Komisi Iman dan Tatanan WCC, pelayanan sosial gereja lebih dari sekadar tindakan amal biasa.
“Pekerjaan sosial kita berbeda karena kita sedang membangun Tubuh Kristus,” katanya lantang.
Ia mengingatkan gereja agar tidak terjebak dalam reduksionisme, yang berarti melihat pelayanan sebagai tugas sosial semata. Menurutnya, pelayanan sejati berakar pada Kristus, yang mengundang orang lain untuk menjadi bagian dari tubuh-Nya. Di situlah letak transformasi bukan hanya memperbaiki dunia tetapi mengubahnya melalui Injil.
Apa Isu yang Diangkat?
Warisan Armenia - Darah, Air Mata, dan Pengharapan
Kapan dan Di Mana?
Dari Athena Menuju Pelosok Dunia
Meskipun konferensi berlangsung di Athena, suaranya sampai ke ujung bumi. Pertemuan ini, yang dihadiri oleh figur penting seperti Yang Mulia Karekin II, Patriark Tertinggi Armenia; Uskup Agung Stephen Cottrell dari York; dan Prof. Azza Karam, mantan Sekjen Religions for Peace, menjadi forum diskusi lintas agama dan budaya.
Mengapa Ini Penting?
Karena Iman Bukan Sekadar Warisan, Tapi Tanggung Jawab
Apa arti iman jika tidak digunakan? Apa artinya pengakuan jika tidak didukung oleh kasih dan keadilan? Nicea dan Armenia harus dijaga karena mereka lebih dari sekedar catatan sejarah. Mereka mengingatkan kita bahwa iman dibagikan di meja dunia dan bukan di lemari kaca.
Bagaimana Melangkah ke Depan?
Menjadi Gereja yang Berani Berdiri dalam Kasih
Warisan Iman, Warisan Harapan
Warisan Iman di Tengah Badai Dunia bukan sekadar kenangan masa lalu di dunia yang sering dilanda konflik, ketidakadilan, dan kekosongan spiritual. Ia adalah komitmen. Karena kasih Kristus menyatukan orang dari Nicea ke Armenia, dari Stockholm ke pedesaan.
Jadi, mari kita bangkit seperti umat yang menatap pagi dengan senyum syukur. Mari kita menjadi gereja yang bukan hanya hidup, tetapi menghidupkan; gereja yang bukan hanya bersatu, tetapi mempersatukan.
Seruan Gembala
Setiap jemaat yang mendengar kisah ini harus mempertahankan warisan iman kita. Bagikanlah, hiduplah di dalamnya, dan rawatlah. Di balik kabut sejarah, suara Roh berteriak, "Bangun, terangilah!"
"Bangkitlah, menjadi teranglah, sebab terangmu datang, dan kemuliaan TUHAN terbit atasmu," kata Yesaya 60:1. - (pr)**
source: oikoumene.org (wcc/21/5/2025); writer/editor: penaRadmin
© 2025 All Right Reserved - Designed by penarohani
0Comments