TUA6BSG5BUA5BUA5TfGpGpdoTd==
Light Dark
Yesus Membarui Praktik Budaya yang Tidak Adil | Yohanis 20:11-18 | Renungan Minggu ke III Paskah

Yesus Membarui Praktik Budaya yang Tidak Adil | Yohanis 20:11-18 | Renungan Minggu ke III Paskah

Shalom, hari ini kita masuk dalam refleksi dengan tema: Yesus Membarui Praktik Budaya yang Tidak Adil. Untuk minggu ke-3 Paskah hari ini.
Table of contents
×
Daftar Isi [Tampil]

Yesus Membarui Praktik Budaya yang Tidak Adil | Yohanis 20:11-18 | Renungan Minggu ke III Paskah

Minggu ke III Paskah

Renungan dari Yohanes 20:11–18

Di Ambang Fajar, Sebuah Pembaruan Dimulai

Minggu III Paskah, Pena Rohani Yesus Membarui Praktik Budaya yang Tidak AdilDi kala embun Paskah masih menyentuh bumi, dan pagi belum sepenuhnya merekah, suara sunyi terdengar dari taman tempat kubur kosong itu. Di tengah diamnya pagi, seorang perempuan berdiri menangis bukan karena kehilangan, tapi karena ia belum tahu bahwa harapan sudah bangkit. Maria Magdalena menjadi saksi pertama dari sebuah perubahan besar yang tidak hanya mengguncang dunia roh, tetapi juga menggugat struktur budaya yang timpang.

Yesus yang telah bangkit dalam perikop Yohanes 20:11-18 tidak memilih imam, murid laki-laki, atau tokoh masyarakat sebagai saksi pertama-Nya, tetapi justru seorang perempuan. Di dalam tindakan-Nya ini, Yesus menyelipkan pesan teologis yang kuat: “Aku membarui praktik budaya yang tidak adil.”

Makna Yohanes 20:11-18 tentang Peran Perempuan

Perempuan dalam Pusaran Ketidakadilan Budaya Yahudi

Wanita Yahudi tidak memiliki status yang tinggi dalam budaya mereka di abad pertama. Di pengadilan, kesaksian perempuan dianggap tidak sah. Di ruang-ruang keagamaan, suara perempuan hampir tidak terdengar, dan mereka jarang disebut dalam daftar silsilah.

Namun, Yesus datang ke masyarakat patriarkal itu untuk membalikkan sistem, bukan untuk merestorasikannya. Yesus selalu menghormati wanita. Selanjutnya, puncaknya terjadi di taman pagi itu, ketika Ia memilih Maria Magdalena sebagai saksi kebangkitan saksi pertama dan pembawa kabar ilahi yang paling agung.

Mengapa Yesus Menampakkan Diri Pertama kepada Maria Magdalena?

Yesus Membarui Praktik Budaya yang Tidak Adil | Yohanis 20:11-18 | Renungan Minggu ke III Paskah

Pertanyaan seperti ini sering muncul dari rasa penasaran. Bagaimana jika Petrus, Yohanes, atau para pemimpin jemaat lainnya tidak? Jawabannya tidak hanya bersifat sejarah, tetapi juga teologis dan profetis.
Dengan kebijaksanaan ilahi-Nya, Yesus memilih Maria Magdalena bukan hanya karena dia berada di kubur lebih awal. Sebaliknya, Dia sedang menyampaikan pesan simbolis, berkata, "Aku mempercayakan wahyu terbesar kepada yang dianggap paling kecil dalam struktur sosialmu."

Yesus tidak terpengaruh oleh cerita konvensional; sebaliknya, dia menulis ulang cerita dari awal. Dalam cerita baru ini, Maria berubah menjadi lebih dari sekadar pengikut; dia sekarang menjadi rasul bagi para rasul dan pembawa kabar bagi para muridnya.

Sebuah Pertemuan yang Mengubah Segalanya

Tangisan yang Dijawab dengan Panggilan Nama

Maria mulai menangis. Tapi tangisnya tidak sekadar kehilangan tubuh. Ia kehilangan arah, arti, dan keyakinan. Namun, Yesus yang bangkit memanggilnya, "Maria!" (Yohanes 20:16). Dengan kata lain, semua keraguan hilang.

Maria Menjadi Pembawa Kesaksian

Ketika Yesus berpidato, "Pergilah kepada saudara-saudara-Ku dan katakan kepada mereka..." (Yohanes 20:17), dia secara tidak sadar mengutus seorang perempuan untuk menyampaikan kebenaran yang paling signifikan yang pernah dialami umat Kristen. Ini adalah tempat pembaruan budaya yang sebenarnya terjadi.

Yesus membangkitkan tubuh-Nya dan peran perempuan juga. Ia menantang struktur yang diam, mengeluarkan suara yang tertutup menjadi suara yang memekakkan sejarah.

Contoh Yesus Melawan Ketidakadilan Budaya

Perempuan dan Sumur: Yohanes 4

Yesus berbicara dengan perempuan Samaria di siang hari, di depan umum, melanggar dua standar budaya sekaligus. Di sana, Ia menegaskan identitas-Nya sebagai Mesias, yang pertama kali disebutkan dalam Injil Yohanes.

Perempuan Pendosa dan Air Mata di Kaki-Nya: Lukas 7

Di hadapan orang Farisi, Yesus menyembah seorang perempuan berdosa. Ia menyatakan bahwa "kasih yang besar" tidak berasal dari status sosial atau jenis kelamin, tetapi dari pengampunan yang besar.

Ilustrasi Kekinian: Seorang Aktivis yang Didengar

Yesus Membarui Praktik Budaya yang Tidak Adil | Yohanis 20:11-18 | Renungan Minggu ke III Paskah

Hak-hak asasi manusia telah dijamin secara hukum di negara demokratis modern. Namun, fakta sosial tidak selalu lebih baik daripada pasal-pasal konstitusi. Suara perempuan masih sering diabaikan, diremehkan, atau bahkan dibungkam, terutama ketika mereka berbicara tentang masalah struktural seperti kekerasan dalam rumah tangga, kesenjangan upah, atau ketidakadilan akses pendidikan.

Bayangkan seorang perempuan muda yang berasal dari komunitas marginal dan tidak berasal dari kalangan elit atau universitas terkemuka. Ia berbicara tentang diskriminasi, kekurangan perlindungan hukum, dan keterbatasan ruang bicara. Ia menulis, berbicara, dan membentuk komunitas kecil untuk memperbaiki kerusakan sosial yang dialaminya.

Ia awalnya dianggap "terlalu vokal" dan oleh banyak orang yang lebih senior dianggap "tidak tahu tempat". Namun, karena konsistensinya, ia diundang untuk berpidato di forum nasional suatu hari. Ia berbicara dengan kebenaran dan pengalaman, bukan dengan kemarahan. Dan tiba-tiba, sejumlah besar mata terbuka. Media menyorotnya. Para pemimpin mulai berhati-hati.

Apa yang terjadi?
Bukan hanya perubahan dalam popularitas, tetapi juga perubahan dalam sejarah sosial di mana suara yang dahulunya tidak terdengar menjadi perhatian. Semua orang sekarang tahu bahwa siapa pun bisa menjadi sumber kebenaran, bahkan mereka yang sebelumnya tidak dianggap.

Kaitannya dengan Maria Magdalena dan Kebangkitan

Dengan cara yang sama, Maria Magdalena. Ia tidak termasuk dalam kelompok religius yang terhormat. Itu tidak termasuk dalam struktur kekuasaan agama. Namun, Yesus yang bangkit muncul kepadanya terlebih dahulu. Ia menyaksikan kebenaran yang luar biasa, seperti aktivis sebelumnya. Bukan karena posisinya, tetapi karena pertemuan langsungnya dengan Yesus yang mengubah hidupnya.

Yesus memilih seseorang yang tidak terlalu penting untuk menjadi pembawa pesan utama. Ia mengubah sistem sosial dan budaya. Prinsip kerajaan Allah diterapkan dalam kisah Maria, serta dalam kisah aktivis masa kini: yang kecil diangkat, yang terbungkam diberi suara, dan yang tidak layak diutus sebagai saksi.

Keadilan tidak hanya terkait dengan keadilan gender; itu juga berkaitan dengan keadilan Tuhan, yang memperbaiki perbedaan budaya dan mendorong setiap individu untuk berpartisipasi dalam transformasi itu.

Implikasi Teologis Yesus Memilih Maria Magdalena

Imbauan kepada Gereja Masa Kini

Apakah gereja saat ini boleh mengabaikan perempuan jika Yesus memberikan kabar kebangkitan kepada seorang perempuan dalam konteks budaya yang sangat patriarkal?
Apakah semangat Paskah telah mengubah struktur kepemimpinan dan pelayanan kita?

Renungan tentang Keadilan Gender dari Alkitab

Renungan Minggu Paskah ini membawa kita untuk berpikir kembali tentang iman kita sendiri dan sistem yang kita bangun. Yesus mengatakan bahwa suara yang paling kecil sekalipun selalu terlibat dalam kerajaan Allah, dan di situlah keadilan ilahi bekerja.

Yesus Membarui Praktik Budaya yang Tidak Adil

Yesus Membarui Praktik Budaya yang Tidak Adil | Yohanis 20:11-18 | Renungan Minggu ke III Paskah

Yesus tidak hanya bangkit dari kubur; Ia juga bangkit melawan sistem yang menindas, membungkam, dan merendahkan orang. Ia memilih Maria Magdalena berdasarkan keputusan teologis yang penuh makna, bukan pilihan acak.

Hari ini, di tengah semangat Paskah yang terus-menerus, kita dipanggil untuk menyambut pembaruan itu di mana pun kita berada, baik di rumah, di gereja, atau di komunitas. Kami ditugaskan untuk menjadi pembawa kabar yang berani yang menyuarakan kasih dan keadilan.

Mari kita mengikuti jejak Maria, berbicara tentang kebenaran yang telah kita alami dan alami. Semua yang ada di dalam Kristus adalah ciptaan baru, bukan orang Yunani atau Yahudi, dan bukan laki-laki ataupun perempuan pula.

Tonton juga video Refleksi : 


“Jangan kamu ingat-ingat hal-hal yang dahulu, dan jangan kamu perhatikan hal-hal yang dari zaman purbakala! Lihat, Aku hendak membuat sesuatu yang baru...” (Yesaya 43:18-19a) - Amin..(pr)**

Sumber Nas: Yohanis 20:11-18;  writer/editor: penaRadmin/pr

Shalom, semuanya, Salam Sejahtera. Terima Kasih telah membaca tulisan ini. Silahkan, temukan kami dan dapatkan informasi terubdate lainnya, cukup dengan Klik Mengikuti/follow kami di Google News DISINI. than's. God bless. 

© 2025 All Right Reserved - Designed by penarohani   

0Comments